21 October 2008

TentangMu (Filosofi Bilangan -- reposting)



model pic; Fikhar

(tulisan ini sekedar re posting dari tulisan yang sudah saya posting sebelumnya di bulan april. maaf, agak panjang dan melelahkan membacanya, tetapi, jika ada waktu... bacalah...)

17 MARET 2008

Ini tentang dirimu. Seharusnya sudah aku sadari sedari awal. Tapi itulah aku, yang selalu meyakini sesuatu yang terlihat mustahil. Tapi itulah aku, yang selalu ingin memperjuangkan yang ingin aku miliki, yang kurasa harus dan seharusnya kugapai. Tapi itulah aku yang selalu menganggap angka nol sebagai sesuatu yang bukan absolute, bukan sesuatu yang kosong. Nol harus sanggup diperjuangkan. Apapun resikonya.

Ini tentang dirimu. Yang datang dan pergi lalu datang lagi, mungkin untuk pergi lagi nanti suatu saat jika waktu sudah menghendaki. Tapi itulah dirimu, memberi keberanian yang memuncak, namun kemudian, logika dan kenyataan yang menyadarkan. Tapi itulah dirimu, yang mengajak melompat lingkaran api yang berada disekeliling kita. Walau aku setengah yakin dan setengah kabur, apa ini suatu keyakinan atau hanya sebuah lingkaran semu yang kerap hadir? Apapun itu namanya, aku tidak tahu.

Ini tentang dirimu. Dirimu yang selalu, selalu..selalu aku cintai, aku rindukan dalam relung-relung rahasia terdalam dalam hatiku. Hati yang terselimuti dengan berjuta keinginan, tapi dibangunkan dengan serentetan pemahaman hidup. Tahukah.. seberapa besar perasaan ini sanggup aku bendung? Tahukah engkau? Kalau kau cukup tahu, seberapa besar pengetahuanmu, tolong kau ceritakan padaku. Karena aku sendiripun tidak tahu persis berapa besar yang tersisa dari yang pernah ada.

Tapi, tahukah kau… aku selalu mencarimu..mempigurakan sketsa-sketsa dari saluran seksresi psikologis yang pernah terlalui beberapa tahun lalu. Aku selalu mengenangmu. Menempatkan dirimu dalam ruang termerah di hatiku. Membawa keharumanmu ke dalam mimpi-mimpi yang hanya sanggup aku ceritakan pada langit-langit kamar. Andai ruangan ini hanya berisi kaca, tentu kau akan mengetahui, angle mana pun tetap aku memikirkanmu.

Ini tentang dirimu. Yang menggodaku untuk lari merentas aral-aral yang tidak penting untuk sebuah cinta. Aku masih berharap, sungguh. Biarkan aku dibutakan saja, supaya tidak ada alasan, bahwa hanya cinta yang buta, tetapi manusia tidak. Biar saja sekalian buta. Biar aku hanya melihat dengan mata kaki. Biar semua dunia yang jungkir balik, bukannya aku.

Tapi, akankah setelah kubuka pintu, maka kau pun akan membuka pintu yang sama? Dan kemudian kau juga seperti yang kau selalu katakan, ingin melangkah dari pintu itu?Beribu ketakutan membayang. Apakah kau sedemikian telah cukup kuat, untuk menyandarkan aku di hatimu. Apakah tidak ada semayang rambutpun kau ragu? Apakah masih bisa kupertanyakan sebuah ketulusan…atau bisakah aku bertanya dimana batas antara ketulusan dan pengorbanan?kenapa sedemikian sulit?

Ini masih tentang mu. Tentang dirimu yang membawa diri ini seperti anak panah yang terlepas dari busurnya. Yang membawa perasaan dan imaji sanggup mengembara dalam alam ketidaksadaran. Tentang dirimu yang menjadi siluet lembayung jingga. Tentang dirimu yang memasrahkan segala hari esok pada pertaruhan. Tentang kau yang tengah memandangi bulan sabit dan berharap besok segera purnama. Bagaimana mungkin?

Ini tentang engkau. Cinta adalah ruang dan waktu, datang dan menghilang. Dulu, aku selalu percaya itu. Wajah-wajah yang datang silih berganti, wajah-wajah yang senantiasa mengisi hidup ini. Datang, untuk kemudian pergi. Hati memang selalu di set up sedemikian. Tapi, cinta bukan misteri namanya, jika itu terjadi seperti pengulangan yang itu-itu saja. Cinta menjadi misteri kala kejutan-kejutan manis datang dengan keterkejutannya. Begitulah cinta. Cinta yang buta, tapi kita tidak buta. Cinta yang buta, tetapi kita tidak buta. Cinta yang buta, tetapi kita tidak buta. Cinta yang buta, tetapi kita tidak buta…….

Ahhh, semua hanya berputar-putar persis di atas pelipisku. Sudahlah, whatever you called it! Aku hanya ingin mengatakan semua terjadi begitu saja. Cobalah tanyakan, siapa yang ingin berkhianat seperti ini? Siapa yang ingin membelah jiwanya sendiri? Kurang kerjaan apa? Tapi inilah kejutan manis itu. Kejutan yang benar-benar suatu kejutan. Mana pernah ada suatu pemikiran singkatpun akan sebuah perasaan yang bisa berubah dalam sekejap? Mana ada keyakinan yang membabi buta seperti sekarang ini?ini sudah gila! Tapi, bagi orang gila, ini tidak gila. Yang gila adalah yang tidak mengakui gila. Sudahlah… terserah! Gila atau tidak sama saja. Toh sudah menjadi gila.

Seperti berputar-putar kembali dalam labirin yang cukup panjang dan penuh dengan persimpangan. Apa masih sempat berpikir akan memilih jalan yang mana? Kurasa, jalan sajalah, barulah berpikir, jalan mana yang sebaiknya diambil. Semua kembali pada titik itu lagi. Seperti mengalikan bilangan apapun dengan angka nol. Hasilnya akan mengesalkan. Satu kali nol, sama dengan nol. Dua kali nol, sama dengan nol. Tiga kali nol, sama dengan nol. Sejuta kali nol, sama dengan nol. Seribu dua ratus delapan puluh sembilan kali nol, hasilnya masih nol. Bahkan nol koma nol dua kali nol, tetap saja nol. Bukan kah ini cukup menjengkelkan? Ataupun, sama mengesalkannya dengan bilangan-bilangan yang dikalikan satu. Hasilnya tidak akan berubah, tetap menjadi bilangan itu sendiri. Apa masih perlu contoh? Aku rasa tidak, kau tentu cukup pintar untuk mengetahui maksudku. Mengesalkan, bukan?

Kau tahu? Aku mengantuk. Mungkin ada baiknya aku tidur dulu. Biarlah semua mengalir pada sungai ketidaktahuan. Pada gerabah-gerabah yang menampung air dari kendi-kendi dingin. Mungkin tidak perlu aku pikirkan. Biarkan saja, biarkan mimpi yang membalasnya. Jangan berpikir, tidur sajalah. Santai… tidur, dan tak usah bangun lagi… biarkan mereka yang membereskannya. Tidak usah diipikirkan. Biar *** yang menuntaskannya. Tidur…. Tidur…. Jangan pikirkan apapun. Walaupun tidak memikirkan apapun berarti sama dengan memikirkan apapun yag tidak dipikirkan itu. Nah, itula hebatnya filosofi bilangan.

Hei…Ini masih saja tentang dirimu. Kalau suatu hari nanti kita berjodoh, aku akan bersyukur pada Allah. Tapi, jika tidak, semoga aku dapat mengikhlaskanmu.

Jogjakarta
(kotamati)

*setelah membacanya, dia pasti tahu, ini untuk siapa

8 comments:

Arief Firhanusa said...

Tulisan yang rapi jali. Seneng rasanya membaca beginian, dan bikin betah. Sesekali mampir ke blog saya, kalau bisa tukeran link. Thanks sebelumnya.

goresan pena said...

terima kasih mas...
saya sudah mampir ke sana dan sedikit meninggalkan jejak, banyak yang saya pelajari di sana...
salam persahabatan mas...

Haris said...

Memang apik sekali penulisannya, sangat halus.

goresan pena said...

terimakasih mas...

Bambang Saswanda Harahap said...

menghentak
mugkin jika aku yang dimaksud
aku sudah benar2 tersadarkan

Anonymous said...

aku mengenalmu dengan sderhana
aku memasukimu dengan sederhana
kita bercerita dengan sederhana
cara kita, sangat sderhana
dari perjumpaan, perkenalan dan akhirnya....
semua sangat sederhana
dalam sederhana itu, tersirat sejuta makna..

a bientot B3lia

Anonymous said...

Pasti berbahagia dia yang kepadanya tulisan ini ditujukan...terus berkarya dalam kemajuan kecil yang diperoleh setiap hari.

goresan pena said...

* bambang; teman, respon tiap orang berbeda...hm, mungkin malah yang dituju ini menjadi ragu,atau entahlah...atau mungkin tak percaya diri...atau...entahlah...

* g3: persahabatan itu memang indah, teman...

* Rakha; terima kasih. maka dari itu... berbahagialah...(sudah semestinya)