26 November 2008

Gelang Patah



----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Surat untuk Guntur..

Haloo bang.. apa kabarmu?
Ahh.. rasanya baru kemaren.. suaramu pun masih terdengar jelas di telingaku. Rasanya baru saja kemaren.
Masih ingat dengan nasehatmu yang sangat menyakitkan itu?
Baru saja kemaren Bang..

Bang..
Gelangmu..
Hm, gelang itu sudah kuberikan pada yang tepat. Maaf bang aku tak sanggup membawanya lebih lama. Sudah nyaris 10 tahun..
Kurasa sudah cukup.

Kau tahu tantra totem bang?
Anggap saja gelangmu itu adalah pesan yang tersebar. Kelak, jika gelang itu kembali padaku, berarti aku akan menemukan bahwa lingkaran dunia ini memang menyatu bang.. aku percaya itu. entah berapa puluh tahun…entah apa pada keturunanku…atau siapa.

Yang jelas, gelang itu sudah tidak padaku lagi. Satu yang kuyakinkan padamu, penerimanya adalah orang yang tepat. Yang telah kucari selama 8 tahun belakangan. Jangan Tanya kenapa bang… aku juga tak mengerti.

Siapa?
Dia hanya seorang yang melukiskan hidup dan rasanya pada kanvas. Yang kanvas-kanvasnya saja belum pernah kulihat. Sudahlah bang…jangan Tanya lagi siapa.

Satu lagi bang, gelang itu sudah patah satu ulir di tengahnya, malam setelah sore terakhir aku menelponmu.
“cepat datang kesini… nanti ndak sempat liat abang sakit, loh…”
Hm, begitu kan kalimatmu dulu? Aku tidak akan bertanya kenapa lagi. Sudah terlalu banyak.
Tau bang, bagaimana rasanya saat Bernard ngasi tau?
“Guntur Ya… Guntur sudah nggak ada….!” Aaaahhhhhhhhhh…….!!
Sudahlah…sudahlah…sudahlah….
Karena jawabannya tetap sama, aku memang tidak akan pernah sempat melihatmu sakit, bahkan mayatmu pun aku tak berani melihat. Sudahlah bang…


Bang..
Aku sudah mengikhlaskanmu..
Semoga Allah melapangkan jalanmu.. semoga kau telah ditempat terbaik. Iya… aku gak bakal nangis lagi… (sesekali boleh dong…?he…)

Maaf bang, selama 8 tahun ini, aku hanya sekali ke pusaramu. Itupun karena diseret Ario. Itulah pertama dan terakhir kalinya seumur hidupku berziarah.
Masih ingat kan bang… iya tuh, waktu itu hujan gerimis. Ario yang maksa aku datang bang.. dan ario juga yang harus menyeretku pulang.. hehe, harusnya aku terima kasih dengan ario ya bang? Hehe.. iya, nanti kutelpon dia.

Bang… doakanlah aku, agar aku terbiasa dengan kehilangan.

Samusa no takade, Soshite anata wa watashi no kokoro naka ni imasu.



Di Jogja dan rindu basah tanah Kalimantan,
25 Nopember 2008
17.23 WIB

24 November 2008

"Titip Rindu buat bunda..."



model pic: meme
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Betullah jika memang benar demikian,
kata-kata hanya saduran dari udara yang beranjak mengering dalam hujan
dan barangkali tiada sesiapa bertemu nyawa padanya,
tiada merasa mendapati rindu darinya..
kata-kata ialah sejumput pasir yang perlahan jatuh dari genggaman,
dibawa sajak basah dedaunan..
ahh, barangkali huruf-huruf pun menjadi bisu..
airmata suri kelabu, mencuri waktu.

Maka benarlah jika demikian,
barangkali rerumputan menjerit diuntai hujan, menikam ragu pelan-pelan..
harapan menjadi ketidakpastian berkepanjangan,
menjaring keping nisbi di ceruk bilangan kesudahan.

Aku terhenyak dalam sadar.

maafkan.

10 thing about me..

Pas maen2 ke blog mas Erik, eh, malah ditodongin PR, mana PR nya berat banget lagi... Mesti jujur, dan gak boleh mengarang bebas...


Ok, pak guru, tak coba kerjain yah...

tapi, nilai saya
jangan sampe' AB alisan Ancur Berderai yah... Aturan maennya kayak gini :

In English :
1. Each blogger must post these rules
2. Each blogger starts with ten random facts/habits about themselves
3. Bloggers that are tagged need to write on their own blog about their ten things and post these rules. At the end of your blog, you need to choose ten people to get tagged and list their names.
4. Don’t forget to leave them a comment telling them they’ve been tagged and to read your blog.

Dalam Bahasa Indonesia :
1. Setiap Blogger wajib memuat peraturan ini
2. Setiap Bloger memulai dengan 10 fakta/kebiasan tentang dirinya

3. Blogger-blogger yang dibubuhi tanda perlu untuk menulis tentang diri mereka di blognya sendiri mengenai sepuluh fakta/kebiasaan mereka dan memuat peraturan ini. Pada akhir blog, kamu perlu memilih sepuluh orang untuk dibubuhi tanda dan daftar nama mereka
4. Jangan lupa meninggalkan komentar untuk mereka yg ditandai dan undang mereka untuk membaca blog kamu.

10 things about me!

1. perempuan

2. heteroseksual

3. punya suami dan anak gadis 2,5 tahun
4. suka menulis, mendengar, berbicara, membaca, berkhayal dan mencari
5. banci telepon, yang suka malas bales sms
6. kopi tanpa gula, hmmm... i love it
7. traumatik dengan ular karena pernah di gigit waktu SMP, ada yang bisa bantu mengatasi trauma berlebih ini? karena tiap saya habis mengucapkan kata itu atau melihatnya di TV, bisa dipastikan malamnya saya akan bermimpi didatengin ular dan ketakutan. hm, mdeni...!
8. punya temen2 baru di sekolah yang rata-rata manggil "bundooo"
9. selalu berusaha menatap mata lawan bicara (antusiasm)

10.selalu menunggu kunjungan temen2 bloggerrrr.....hehehehehehe....


O ya ada award dari mas Erik, ini awardnya. dan salah satunya juga saya dapat dari multama. maaf baru diposting sekarang. saya hanya merasa belum cukup pantas menerima.

selanjutnya, PR tentang 10 hal itu, tidak akan saya bebankan pada siapapun, karena saya tidak ingin memberatkan penerima nya. halahhh, sekarang kan musim ujian tengah semester, masak iya masih mau dijejali PR lagi. but anyway...seandainya ada yang mau mengerjakan PR ini dengan sukarela, maka silakan saja, saya akan sangat senang.
mengenai award, maaf... saya masih belum pantas membaginya... umur blog saya saja belum ada setahun...mungkin lain waktu. terima kasih.....

22 November 2008

Jogja, lagi-lagi merobek luka

“Menulislah dengan gembira..”

Kalimat itu selalu terngiang dalam telinga saya. Entah kapan nanti akan tidak lagi berdenging-denging. Menulis dalam gembira… walau terkadang dalam kegembiraan, saya tidak dapat menggambarkan apa-apa. Saya pun tidak bisa mendeskripsikan apa-apa.

Lebih banyak kegelisahan dan kegundahan hati yang menuntun saya menulis. Ahhh, kiranya tulisan serupa ini yang hanya berakhir seperti diary. Tulisan dengan wajah muram yang nantinya hanya mampu memberi kesuraman untuk pembacanya.

“menulislah dengan gembira, Ya..!”

Kali ini saya yang menasehati diri sendiri.

Saya tidak gembira, saya sedih, walau saya mencoba untuk gembira. Walau saya berusaha untuk mensyukuri semua anugerah yang datang dan melimpah dalam hidup saya.

Tapi, saya harus jujur, saya bernar-benar sedih. Sedih dan merasa seperti sia-sia.

Saya juga muak..

Muak menemukan kenyataan

Muak menghadapi kebenaran

Muak..

Saya muak mengakui

Saya muak mendapati

Saya muak..

Sekali lagi, “menulislah dengan gembira”. Lagi-lagi suara Pak Iwan terngiang. Ya Pak.. saya akan coba. Lagi dan lagi. Walau saat ini saya tetap menekan tuts demi tuts dengan perasaan hampa.

Semua akan kembali seperti semula, cepat atau lambat. Saya atau dirimu yang pergi, tanpa perlu tersakiti. Siapapun diantara kita.

Pergilah..

Karena menghalangipun tak mampu

Mencegahpun tak kuasa

Pergilah..

Bila harus begitu.

Sebuah lagu menguntai Slank; Terbunuh Sepi

Di malam setelah ramai bersama, 21 Nopember 2008

22:39

17 November 2008

Rp. 2,5 JUTA HARGA NYAWA JANIN MANUSIA


“gak mahal kok! Hanya 2,5 juta aja udah include tindakan dan obat” kalimat itu terngiang-ngiang di telinga saya. Kiranya, itulah harga untuk nyawa seorang janin manusia!!

Jogja, Sabtu 15 Nopember 2008
INI tidak biasanya. Sudah hampir satu jam di depan layar computer, tapi masih saja tidak bisa menuangkan satu katapun. Tidak biasa, karena biasanya, saya akan menulis apa saja, baru kemudian mengalir dan berpikir akan menulis apa. Bahkan Al-Sirat sudah sampai berputar tiga kali lewat Raduga. Yang saya dengar sekarang The Worst Desease, patutlah di dengar.
Sebenarnya saya ingin berbicara mengenai kegelisahan saya belakangan ini. Ada sesuatu yang ingin mendobrak keluar, tanpa saya tahu harus mengeluarkannya seperti apa.
……………………
IYA TAN.. padahal sebelumnya itu aku dan dia udah hotspot-an di Ambarukmo, aku yang bawa laptop. Udah sejam lebih dan udah bareng-bareng. Mana aku yang bayar lagi. Nah trus, pas pulang itu dia masih maksa ngajakin ke warnet. Aku udah bilang, kalo’ aku udah ditunggu mama. Tapi dia tetep aja maksain. Ya karena aku nebeng, aku ikutin, dengan catatan sebentar aja. Dia setuju”
“nah, di warnet itu kan bentuknya kayak bilik-bilik gitu, tertutup. Yahhh…gitulah… belum ada 15 menit, dia idupin kompi dan aku juga buka-buka laptopku, eh..dianya mepet gitu Tan..”

“iya, dia tuh deketin mukanya ke aku, mau nyium bibirku gitu. Nah aku kan jengah Tan…ah, pokoknya njijik’i banget. Aku tuh keinget tentang KNPI (Kissing, Necking, Petting dan Intercoz) yang Tante pernah kasi tau dulu. Aku takut Tan..”

“udah gitu, aku cepet kemas-kemas dan kubilang aku mau pesen minum ke kasir, aku keluar. Semua barang-barang tak bawa”

“tau gak Tan… aku tuh gak pesen minum, tapi aku lari…. Dari belakang Olifant itu loh Tan, sampe’ ke SMA Gama, itu.. Jogja View itu loh. Trus, aku ngumpet di Circle K. wah, mungkin orang-orang yang liat aku lari, nyangkain aku maling kali Tan.. karena aku lari sambil liat-liat belakang gitu, takut dikejar dia”

“ya ampun Tan… kebayang gak gimana gemeterannya aku! Trus, aku nunggu bis sambil sembunyi di balik tiang listrik, udah masuk bis, baru deh aku nelpon mama. Aku bilang gini; ‘ma, ini aku lagi di bis. Aku baik-baik aja. Nanti diceritain. Pokoknya jemput aku di depan pasar condong catur. Sekarang ma, tungguin’ “

“gila Tante.. untung aja aku gak diapa-apain… di warnet Tan… gila.. iiiihhhh aku sebel banget deh. Coba aja aku nurutin kata mama”

“yah, dulu tuh mama juga pernah bilang kalo’ gelagat dia tuh gak baik. Tapi kan trus aku uda lama ga komunikasi. Baru beberapa waktu lalu sms lagi. Nah, pas dia ngajak jalan, mama bilang, ya sudah, gak papa. Sapa tau udah lebih baik kelakuannya, tapi emang dipesenin sih aku musti hati-hati”

“ternyata tante…”
“iya Tan… untung aja, kita dulu pernah cerita-cerita tentang kenapa banyak anak-anak seumuran ku yang bablas. Apa namanya Tan…?”

“iya…tentang kesehatan reproduksi, tentang pendidikan seks yah kan?. Iya tuh, yang paling melekat tuh yah yang KNPI itu. Eh… bener loh Tan..”

“Tante tau ---- kan? Dia kan udah GAK VIRGIN lagi Tan…”

“ya tau lah.. wong dia sendiri yang cerita. Nggilani dia itu! Masak dia bilang kalo’ ML tu surga dunia coba!! Ya ampun Tan.. dia tuh masih 14 tahun. Kelas 3 SMP. Bisa-bisanya… MJJ (Mak Jlep Jlep) deh Tan”

“ya itu Tan, aku dan teman-teman juga gak nyangka. Kupikir dia tuh dengan ----- hanya PS dan PT aja”

“masak Tante ga tau?? Itu, Pegang Susu dan Pegang Titit”

“aku tau nya tuh, pas dia sibuk Tanya-tanya tentang tempat aborsi gitu, trus.. sibuk cari-cari artikel di majalah tentang cara pake test pack”

“aku taunya pertama dari -----, karena dia yang ditanya-tanyain ----. Mereka tuh awalnya kasak kusuk gitu, aku dan yang lain kan penasaran. Pas nanyain ke ----, eh…tau gak Tan… dia tuh bukan ada rasa nyesel atau merasa berdosa atau takut hamil gitu. Dia tuh malah santai dan biasa aja”

“waktu itu, dia pagi-pagi udah datang ke sekolah, hanya mau ngasih tau kalau dia tuh hasilnya negative Tan, dia udah pede. Karena menurut -----, ngetes yang akurat itu musti di air pipis pertama pas bangun tidur”

“nggilani deh Tan..”

“ya banyak katanya, udah gak keitung!! Dia sendiri gak tau udah berapa kali”

“macem-macem. Yang pasti di rumahnya si cowok, trus di Movie Box, dan di warnet”

(saya tercengang)

“bener Tan, dia sendiri yang cerita. Ya itu, aku kan juga nanya, apa ga ada kameranya? Kan ngeri ya Tan? Eh.. dia tuh santai banget bilang gini; ‘ya, kalo’ ada kameranya, aku pasti udah di datengin dengan mas-mas yang jaga dong’ “

“ah, sekarang anak-anak satu sekolah udah pada ngerti kok”

“ya si cowok sendiri yang nyebarin. Merasa gagah kali dia! Sok hebat. Untung aja aku gak jadi pacar dia ya Tan…”

"padahal apa coba yang kurang dari ----, cantik, pinter, selalu juara, orangtuanya berada dan terpandang, kok bisa ya Tan? aku yang temennya aja gak rela.."

“nah, anak yang mepet aku di warnet itu, dia kan temennya -----, pacar ----. Mungkin dia juga mau praktekin ilmu ----- ke aku. Nggilani gak Tan?”
……………..
INI yang saya katakan padanya kemudian
“iya, sebenarnya mama juga sudah cerita, malam setelah kejadian kamu kabur itu”

“tapi Tante gak nanyain kamu, karena menurut Tante itu privasi kamu, sampai kamu sendiri yang cerita ke Tante. Syukurlah, Tante bangga dengan kamu”

“ini masalah respon! Ada yang bisa merespon sesuatu dengan cepat, ada juga yang lambat. Kamu termasuk yang pertama. Mungkin lebih baik jika kamu hajar dulu dia. Tapi itu gak perlu, malah memberi kesempatan dia menyentuhmu”

“makanya, sekarang kamu baru ngerti kan, kenapa seorang remaja harus mulai mengerti konsep diri, peka dengan perubahan tubuh, fungsi dan psikologis. Dan kamu hebat, memiliki sikap asertif itu. Tidak semua remaja punya!”
……………..
PERCAKAPAN ibu-ibu. Antara saya dan ibunya.

Setelah mendengar cerita ibunya, saya terdiam. Kami berdua terdiam. Seperti kami dihantam batu besar bersamaan. Anaknya, walaupun selisih 10 tahun dengan saya, tapi sudah saya anggap seperti anak sendiri.

Betapa kejahatan seks bisa mengancam siapa saja! Betapa kejamnya industri seks sehingga melahirkan remaja-remaja yang tak mampu menahan libidonya.

Dan lebih kejam lagi orangtua yang tidak membekali anak dengan pengetahuan kespro. Anak-anak lebih tahu onani dari teman-teman dan produk pornografi.

Ponakan saya itu salah satu anak yang beruntung yang bisa terbuka dengan ibunya dalam masalah apapun, yang bisa berlaku sebagai dua orang sahabat yang bisa saling memberi masukan, dan kritik.

Saya selalu kagum dengan kedekatan mereka. Mereka dekat, tanpa mereka kehilangan peran masing-masing. Hubungan mereka tetap ibu dan anak, tanpa mereka merasa tegang. Hubungan mereka pun adalah sahabat, tanpa harus sejajar.

Keponakan saya yang cantik itu beruntung, mampu menyaring tiap informasi yang diperolehnya dengan membandingkan pendapat teman-teman yang cenderung memberi informasi salah dengan pendapat orangtuanya atau orang lain yang dipercayanya. Saya mungkin termasuk yang terakhir.
Ada cerita di sisi lain.
……………….
Ini adalah sebuah penelusuran yang masih saja belum sanggup saya selesaikan. Tapi, hasil yang baru seadanya ini, biarlah saya bagi;

SIANG yang sangat terik di Jogjakarta, 10 Oktober 2008 sekitar pukul 13 saya melewati Jl. Wahidin Sudirohusodo, Galeria Mal. Panas menyengat membakar wajah memaksa saya harus bertahan selama 70 detik di lampu merah. Kening saya mengerut, tetapi ada yang membuat lebih mengerut lagi. Di sebelah timur jalan, tertempel selebaran bertuliskan TERLAMBAT HAID
08132879****
Sudah lama saya memperhatikan banyak sekali selebaran serupa bertebaran di banyak perempatan lampu merah di Jogja. Lebih ke selatan sedikit, menyeberang ke arah RS. Betesdha, juga di sebelah timur, di tiang listrik Mirasa tertempel sama persis.
Lainnya ialah di perempatan Jl. Veteran sebelah timur toko Lumbung Jaya tepatnya di tiang listrik sebelah utara Jl. Ki Penjawi, tertera dengan nomor telepon berbeda 0817042****.

Tulisan serupa dengan nomor telepon berbeda. Ada beberapa nomor telepon yang saya temui. Taruh saja, seperti yang terdapat di perempatan menuju Taman Siswa dari Lempuyangan melalui jalan satu arah, dan banyak lagi sebenarnya (saya masih menyimpan catatannya).
Awalnya, saya hanya beranggapan selebaran itu menjual produk untuk memperlancar menstruasi saja. Tidak ada pikiran lain. Tetapi, semakin lama, saya perhatikan semakin banyak saja selebaran itu tertempel di mana-mana.

Saya Tanya pada tiap orang yang saya kenal (maaf, karena kawan saya terbatas di Jogja, maka yang saya Tanya ini kurang sari 100 orang). Dari ibu-ibu, aktifis PKBI, mahasiswa, teman-teman arisan, atau siapa saja orang baru kenal dengan latar belakang kehidupan berbeda saya coba tanyai.

Fakta yang saya temukan, semua yang saya tanyai merasa pernah membaca tempelan itu, minimal mereka merasa pernah membacanya, walau ada yang lupa dimana mereka melihat.
Hingga kemudian saya tergelitik dan ngobrol dengan seorang teman, Masrul namanya, dia aktifis PKBI. Dari dia, saya sedikit mengetahui kalau ini bisa mengindikasikan adanya aborsi terselubung. Tapi belum ada bukti.
Bukan iseng, tapi saya memang sengaja mencari tahu.
Inilah fakta yang saya dapat.
Si empunya nomor telepon tersebut adalah seorang makelar aborsi (begitu istilah saya).
Calon klien akan menelpon ke nomor tersebut. Selebaran yang tertempel itu adalah salah satu upaya promosi saja, lebih banyak klien yang datang dari referensi kawan yang sudah pernah menggunakan jasa aborsi tersebut sebelumnya.

Siapa saja mereka? Banyak. Menurut pengakuan si makelar, lebih banyak mahasiswi. Ada juga pelajar.

Setelah berbicara mengenai latar belakang keluhan dan bertanya-tanya mengenai prosedur dan biaya, mereka akan bertemu di suatu tempat yang telah dijanjikan. Di tangan makelar aborsi inilah nasib klien dipertaruhkan.

Si makelar ini yang akan mensortir tiap klien, apakah akan ditindaklanjuti atau tidak. Tidak ditindaklanjuti, ialah jika ada indikasi membahayakan praktek illegal nya.

Kemudian, setelah pertemuan tersebut, maka klien akan digiring ke tempat eksekusi. Dirahasiakan dari orang yang tidak berkepentingan. Tapi menurut pengakuan si makelar, dalam proses pengguguran, akan dilakukan secara partus normal, dikeluarkan melalui vagina. Tidak sakit, janjinya. (ahhh, dia laki-laki… tau apa dia!!)

Dia pun menjanjikan kalau prosesnya akan sangat cepat, 20 menit selesai. Ditangani professional oleh seorang bidan, sekali lagi partus normal, dia tidak menceritakan bagaimana cara pengeluaran janinnya. “yah.. seperti menstruasi saja kok!” tidak ada efek samping dan rasa sakit, tekannya lagi.

“gak mahal kok! Hanya 2,5 juta aja udah include tindakan dan obat” kalimat itu terngiang-ngiang di telinga saya. Kiranya, itulah harga untuk nyawa seorang janin manusia!!
……………………..
Banyak yang saya gelisahkan. Saking banyaknya sampai saya bingung sendiri saya ini menggelisahkan apa.

HARI INI, 15 Nopember 2008. di KPID-DIY tadi saya mengikuti diskusi public PRO KONTRA Pengesahan UU Pornografi.

Ironis rasanya, saya sampai tak dapat berkata-kata lagi. Kadang terbersit di pikiran saya, apa masih pantas di pro kontra kan lagi sesuatu yang sudah disahkan? Walau dengan ketidaksetujuan? Walau dengan paksaan?
semua mengkhawatirkan anak-anak menjadi korban.

Di akhir kesempatan melontarkan pendapat, seorang Ibu, M***h dari POLDA DIY, (sampai perlu DUA KALI ia menyebutkan identitas asalnya). Mengatakan dengan bersemangat bahwa UU yang sudah disahkan tak perlu dipermasalahkan lagi.

Hm, kalau gak perlu dipermasalahkan lagi, kenapa sih musti datang?

Aduh Bu, ini loh… yang jelas-jelas kerjaan kepolisian. Kerja dong!!
Tangkap dong, makelar-makelar aborsi dan semua yang terkait. Rasanya gampang kok mencari informasi dan melaksanakan investigasi. Wong mereka saja berani terang-terangan iklan di pinggir-pinggir jalan, hampir di tiap lampu merah. Yang ada pos polisinya pula!!
Kenapa remaja sekarang makin berani free sex? Karena mereka mendapat solusi. Mereka dapat dengan mudah mengakses cara dan tempat untuk aborsi. Mereka dekat dengan semua itu. mereka punya jalan keluar yang instant!!

Lebih penting lagi, mereka tidak punya informasi yang benar tentang tubuh mereka sendiri!!
Aduh polisi… jangan hanya bisa nilang motor aja dong!! (karena mobil jarang sekali di periksa, apalagi ditilang!!).
Ada kaca spion atau tidak, itu tidak membahayakan orang banyak! Punya sim atau tidak, itupun merugikan sepihak kok, tidak luas, tidak punya stnk, bukan berarti tak ada! Tidak bawa helm, bukan berarti tak menjaga keselamatan nyawa.

Aduh, apa bedanya sih polisi yang nilang tanpa memberi surat tilang itu dengan tukang palak? Apa beda nya sih mereka dengan pengemis di jalan? Malah lebih parah. Pengemis meminta dengan sukarela, sementara polisi merampas dengan dalih kuasa.
Prioritas dong!!
Mana yang lebih penting? Mana yang lebih berbahaya?
…………………….
SAYA GELISAH.

Menjadi orang tua, menjadi manusia.

Saya bukan siapa-siapa. Tak bernaung pada ‘tempat teduh’ manapun yang bisa saya tamengkan jika saya celaka.

Saya hanya perempuan, yang gelisah. Yang khawatir. Yang takut. Yang ingin menyembunyikan anak saya dari semua hal. Tapi itu naif!!!!!
Saya gelisah karena saya sama saja bersalahnya. Saya gelisah karena saya diam, lebih tepatnya mendiamkan. Meski saya tahu ada yang salah.

Seperti melihat seorang teman yang nyaris jatuh karena didepannya ada jalan berlobang sementara saya yang melihat hanya diam saja, tak memberi peringatan. Bukankah saya sama berdosanya? Bukankah saya sama buta dan tulinya?

Kenapa saya tidak bertindak? Kenapa? Apakah saya harus sembunyi di balik dalih kuasa? Atau saya harus bertameng bahwa saya tak punya wewenang?

Saya memang tak setuju kekerasan, tapi, bukankah sebenarnya gampang saja. Lepas saja tempelan kertas iklan itu. sobek atau bakar, biar tak semakin banyak yang melihat atau membacanya. Agar tak melekat di benak siapapun yang pernah membacanya.

Bukan kah itu mudah? Bukankah itu tidak mengerasi siapapun? Bukankah itu tidak melanggar hukum? Bukankah itu tidak melanggar hak siapapun? Tapi kenapa saya diam???? Kenapa saya hanya bisa menulis ini? Kenapa?????

Jogjakarta
16 Nopember 2008
01:31 WIB dini hari
Oleh: Surya HR Hesra
(hingga tak ada lagi suara, hanya panas mengalir lewat kerongkongan
Terdengar sayup Little Susie by Michael Jackson)

14 November 2008

Keping Mozaik; Kamandanu atau siapalah!

gemericik, lebih tepat di sapa demikian. air hujan mulai tergenang berlahan di balik rerumputan basah, di sebelah bangku-bangku berpayung besar. payung tersebut ada tiga, satu diantaranya yang berwarna biru menaungi si bibir mungil berwarna pink.

ia cantik, dengan senyum yang senantiasa mengembang, dengan keramahan yang tak pernah di buat-buat. aku menyukainya, sama dengan aku menyukai bunga-bunga mawar jingga di halaman rumah. aku mengaguminya, mengagumi kulit halusnya yang putih bersih, mengagumi gigi-giginya yang tak rata, mengagumi kesederhanaannya. dia, sahabatku.

di bawah rerintik hujan ini, aku, dan dia berbicara. dengan hati terbuka, dengan canda sekenanya, dengan kekonyolan yang tersisa, kelas terakhir membawa kami menjadi malas untuk pulang ke rumah.

"masih hujan," ia mencegahku pulang. aku turuti. pun biasanya ia begitu setia meluangkan waktu menemaniku. ah, perempuan selalu saja tidak efisien. selalu saja menciptakan ketergantungan pada sesama jenisnya.

aku jadi teringat saat masih SMP dan SMA dulu, kalau ijin ke toilet saat pelajaran berlangsung, pastilah harus ditemani. kalau tidak, maka harus rela menahan sampai jam istirahat berbunyi. kiranya ini adalah kebiasaan buruk yang membudaya.

ku perhatikan lagi ia, ia tak pernah lepas dari handphope mungilnya. selalu saja dipegang untuk siap membalas pesan. terlalu banyak fans, dan ia harus memperlakukan dengan baik.

sahabatku itu bernama Ica.

...

lagi-lagi hujan, aku jadi teringat tempat ku kuliah dulu sewaktu masih di Kalimantan. kelas terakhir di semester 8, aku ingat benar. Fisiologi Tumbuhan. terakhir kebersamaan bersama teman-teman yang sudah 4 tahun bersama, sekelas.

tak terlalu kuperhatikan dosen yang sibuk memberi kisi-kisi ujian.

aku terus mengamati arboretum di sisi kelasku. terus terang, aku kuliah di sekolah negeri yang kelasnya jorok minta ampun. kulit kuaci yang tak pernah disapu mereka-mereka yang berlagak seperti hamster.

bangku-bangku yang penuh dengan ukiran batik untuk mencontek, teralis jendela yang bergumpal sarang laba-laba. dan tepat di sisinya, pohon-pohon beraneka jenis dalam arboretum yang konon kabarnya terlengkap seindonesia (entah kalau salah, dosenku berarti yang salah).

arboretum itu sudah 4 tahun menemani, sementara aku sama sekali tak pernah menjamah. arboretum itu milik fakultas kehutanan yang tak pernah akur dengan fakultas pertanian. kendati mereka pernah kuliah bersama, entahlah...

arboretum itu lebih seperti semak kupikir, ada pohon-pohon tinggi, tetapi tubuh mereka ceking. bagian daun-daunnya bahkan sampai menjulur ke kelas, menggodaku untuk memotongnya. namanya hutan mini, banyak juga burung-burung yang bersarang di situ, ada matoa kabarnya, walau aku tak pernah melihat, gosip mungkin.

yang jelas, ular pernah masuk ke kelas.

aku tak pernah merasa nyaman dengan kuliahku, sering aku mencari-cari secercah alasan kenapa aku masih bertahan. mungkin karena teman-teman, tapi entahlah... waktuku tak begitu banyak bersama mereka. mungkin karena pelajarannya... ooo shit! untuk memilih fakultas itu, temanku hanya perlu menghitung kancing. karena mereka yang memilihkan.

arboretum dan kelas terakhir, mungkin itulah yang kurindukan. dan suasananya sama. hujan.

gemeritik hujan, yang aku yakin tidak akan kulupa. sampai kapanpun. di luar kelas, di sisi barat pintu, rumput-rumput menguning sebagian, kiranya sebagian lagi tertutup triplek hingga kekurangan sinar matahari.

hujan, membuatku merasa sepi. mengerti kehilangan. mengerti perpisahan, dan mengerti indahnya kebersamaan.

...

"bundo, kita pulang?," Ica membangunkan lamunanku. aku terkesiat. "yuk!" jawabku singkat.

menuju parkiran, mataku tertuju pada sesuatu yang sangat menarik mataku.

di antara tetes hujan yang jatuh dan terpantul sedikit di taah, aku melihat sepasang kaki dengan sendal jepit berwarna hitam. ruas tungkai kakinya cukup kecil untuk menopang tubuhnya. ia seperti anak kecil yang begitu riang bermain di tengah hujan.

aku perhatikan perlahan. seorang pria, dua jengkal lebih tinggi dariku. rambutnya panjang, lebih panjang dari rambutku yang kurasa sudah cukup panjang.

"siapa itu ca?" tanyaku
"kamandanu"

aku melongo.

tiba-tiba teringat sewaktu kecil, waktu SD begitu gemar mendengar sandiwara radio dan begitu ngefans dengan arya kamandanu.

ku kira-kira saja, hari itu, di bawah gemeritik hujan, aku menemukan kepingan mozaik kehidupan. kamandanu yang kutemui hari itu, bukan siapa-siapa, bahkan aku belum mengenalnya benar. tetapi, menemukan sebuah nama yang aku ingat sepanjang hidupku, kupikir itu sesuatu yang tidak biasa.

...

suamiku bernama abrar.
sebelum bertemu dengannya, di tahun 1997, aku pernah membuat cerpen dengan nama tokoh rekaan Abrar Manusa Diarcapada. dan dua tahun kemudian, aku berkenalan dengan Abrar yang kelak menjadi suamiku.

terdengar aneh memang, tapi entahlah... seringkali nama-nama imajiku, kemudian mengantarkan pertemuan-pertemuan dengan teman atau sahabat yang namanya sama dengan apa yang kuimajinasikan.

di waktu SMA aku juga pernah menciptakan nama tokoh untuk cerpen: Erlangga, kemudian tak berselang beberapa bulan, seorang pindahan datang ke kelas dengan nama sama.

dan masih banyak lagi, sebenarnya

entahlah...
mungkin hanya kebetulan saja.

...

tapi inilah yang kukatakan pada Ica
"ca, suatu saat nanti, mungkin kami bisa menjadi teman baik, seperti kita"
"siapa?,"kata Ica...

11 November 2008

Simpul Mati Part.2 (Larung)

..yang kutahu pasti..kubenci tuk, mencintaimu..



"berapa lama?"
"entahlah.. mungkin sehari, mungkin juga seminggu, setahun, sewindu..atau tak kembali?"
"kemana?"
"entahlah.. aku pun tak tahu. tergantung kaki ini"
"bagaimana mungkin?"
"mungkin saja. aku ingin sesuatu yang merubah hidupku. aku bosan"
"apa yang kau cari?"
"entahlah.. mungkin diriku sendiri"
"maksudmu?"
"aku ingin menemukan diriku. aku ingin mengenal diriku. aku ingin bersahabat dengan diriku. tapi, aku tidak tahu siapa diriku"
"biar aku jelaskan. engkau bernama Lugas. berusia 30 tahun dan jelas kau seorang pria. dan kau akan menikah denganku. apa perlu kujelaskan secara detil?"
"aku tahu itu, Sha. itu lah yang selalu aku baca setiap ada kesempatan di lembar2 kertas identitasku. bukan itu.."
"apa lagi? tidak kah ini jati dirimu. kau hanya perlu menjalaninya.."
"tapi aku ragu. ragu dengan keinginanku. ragu dengan apa yang kujalani sekarang. aku ingin menemukan kebenaran. aku ingin menemukan diriku sendiri"
"kau pun ragu dengan hubungan kita?"
"ya.."

keduanya terdiam. perahu layar melintas, tenang di bawa gelombang. tak setenang hati mereka yang bimbang.

"aku semakin tidak mengerti Lugas.. padahal kupikir, akulah yang paling mengerti dirimu. tapi mungkin aku salah"
"jelas saja, karena akupun tak mengerti diriku sendiri. aku tak ingin mengecewakanmu lebih jauh. aku harus pergi."
"kemana?tanpa tujuan?"
"tujuanku jelas, aku ingin mencari diriku. dimana saja bisa. ke mana saja boleh. akan aku coba, sampai aku dapat"
"kau gila"
"maafkan aku Sha.."
"ah, kau sudah kumaafkan. tapi entah, apa aku bisa memaafkan diriku sendiri. diriku yang masih saja mencintaimu.."
"Sha..."
"sudah. pergilah.. kelak kau akan tahu. hanya aku, bukan yang lain"
"hingga detik ini pun, aku tetap menganggap kau yang terbaik"

angin sore yang dingin berhembus agak kencang, membius pikiran mereka. mengunci semua kendali kata-kata dengan rapat. tidak lagi ada yang bersuara. mereka diam, dengan seribu kata yang tak sanggup membobol keluar. sore itu, di tepi dermaga.. adalah perpisahan.

-----

ada kah manusia yang begini kejam?
di makan bumi tak jua
hilang dibawa kabut, tidak juga
adakah manusia yang begini kejam?
datang dan pergi meninggalkan harapan..
lalu menghalaunya bersama angin
adakah manusia begini kejam?
tak mau melanjutkan harapan kosong
tapi pun tak mau menyidahinya..
tak mengerti yang dicarinya.
ah,
adakah manusia yang begini kejam...?



sore berlembayung. persis 5 tahun lalu. gadis berambut hitam tebal mengkilat diterpa matahari yang semakin turun, berdiri di situ. di sisi dermaga. kali ini, dia yang akan pergi. meninggalkan harapan-harapannya..
dia sudah putuskan. tidak ada lagi yang di tunggu. sudah selesai. tidak perlu lagi menanti. untuk apa?untuk siapa? tidak ada... harapan kosong tak bertuan. sebuah kotak dibawanya. untuk di larung. supaya pergi jauh...hingga akhir aliran air.. aliran sungai...biar bermuara ke laut...biar masuk jauh ke palung palung...biar tersesat dan tak kembali ke negeri tak terjamah. biar menghilang di telan waktu..
airmatanya, adalah yang terakhir..besok, yang dia tahu hanya kebahagiaan.

--------------

10 tahun setelah perjumpaan terakhir.

"aku kembali, Sha.."
"aku lihat"
"aku kembali Sha.."
"ya. tapi kau tidka kembali untuk diriku. kau kembali untuk dirimu"
"tidak..aku sudah menemukan diriku. aku sudah dapat Sha.."
"apakah berbeeda dengan dirimu yang dulu? adakah yang berubah?"
"ternyata tidak Sha.. ternyata, inilah adanya diriku. yang ternyata tetap mencintaimu"
"terlambat Lugas. cinta itu sudah pupus. hilang..dibawa perahu layar 10 tahun lalu"
"apa salahku?"
"kau tidak salah. hanya saja, kau tidak bersyukur. kau lupa akan karunia Tuhan. kau lari, bukan mencari"

---------------

...aku tak tahu apa yang terjadi, antara aku dan kau
yang kutahu pasti.. kubenci tuk mencintaimu....

08 November 2008

untuk chandra;

akhirnya...telah kau temukan juga,
kepingan puzzle yg terserak itu.

(berteduh dr hujan)

Katanya, takdir..

sepiring pengorbanan
dan setetes
keculasan

sebuah nyawa
keusilan
dan pertaruhan

besok,
mintalah
untuk tak lagi jadi;
Nyamuk!!

06 November 2008

Don't know what to say..



04 November 2008

Mari Berkhayal;

Teman, aku ajak dirimu terbang, menjadi UDARA.

Mari kita berhembus tenang, melalui siapa saja atau apa saja. Tenang dan mengalir lembut. Mari kita sentuh pipi-pipi atau apa saja yang kita lalui, ah… mari terbang lagi, lebih tinggi lagi… lebih pelan lagi, biar mereka merasakan keberadaan kita. Biar mereka menikmati sentuhan kita.

Sudah-sudah, mari kita terbang dan menjelajah lagi menjadi ANGIN.

Sedikit garang dan lebih bersemangat. Biar tubuh-tubuh atau apa saja menjadi lebih bangun. Hidup dalam hidupnya. Mari kita bergulung-gulung lebih cepat, mari kita bergerak tak kenal lambat, mari.. lebih bersemangat!

Sekarang, kita bantu menggeser awan, kita atur posisi hujan, kita bawa debu-debu pada yang semestinya, kita halau gerak ombak, mari teman… kita perbaiki semua letak. Ayo, bergerak cepat. Jangan sampai matahari membuat kita malas, jangan sampai hujan membuat awan tiada, jangan sampai air laut tak beranjak.

Mari kita menjadi udara dan angin yang bebas, yang membebaskan!.
Mari kita bergerak dalam batas, tanpa batas!.
Mari teman…
menjadi manusia yang MERDEKA, yang MEMERDEKAKAN!!

Jogja dalam selimut hujan,
3 Nov 2008
15:48
(bersama helloween: if I could fly)

01 November 2008

Tak Mengapa



tak mengapa tiada bintang,
masih ada indera

tak mengapa tiada udara,
masih ada nafas

kusimpan dalam peti
untuk tak lagi kembali

tak mengapa tiada apa
masih ada nyawa

kusimpan dalam doa
untuk senantiasa ada.