31 March 2008

Satu tanda Seru

ingin..
jarak ini
kubakar,
biar kurentas
semua aral..!
ingin..
melesat,
dan kemudian
tepat di hadapmu.

28 March 2008

..Setelah Beberapa lama..

Aku butuh Tuhan
Saat lantunan itu kembali merekah,
dan aku merasa butuh Dia
Jika dia dapat mencumbu ku..
AKU LEBIH MEMILIH DIA

...Jika tidak Perlu

...Jika tidak perlu.

Kau pernah berkata padaku, bahwa hidup ini adalah berjuang. Berjuang melawan suratan takdir. Perjuangan tanpa akhir sepanjang perjalanan hidup. Sesuatu yang tidak seharusnya terjadi, harus aku perjuangkan. Kemarin malam, aku bermimpi teramat indah. Langit bercahaya, gemerlap tanpa tersaingi bintang-bintang. Kemarin malam aku bermimpi tentang sebuah hidup yang terasa amat nyata, dimana kedamaian dan segenap keinginan selalu terpenuhi. Tapi, di tengah mimpi aku sadar, setiap keinginan yang selalu terpenuhi akan menyakiti orang lain. Maka begitu aku terbangun di pagi hariya, aku sadar bahwa harapanku yang tak terkabul bukan karena Tuhan tidak sanggup memberikannya, tapi karena rencana Tuhan ialah yang terbaik. Bukan hanya untukku tapi juga untuk orang-orang di sekelilingku. Begitu juga dirimu.
Aku tidak cemburu dengan siluet yang sanggup hadir dan tidak jika enggan. Aku memang mencintai bayangan itu. Berharap banyak pada sosok yang semakin menua itu. Cinta yang tak terbendung dan tak terukur apa hanya selaksa atau seluas jagat raya. Cinta karena jasad, dan diri ini berasal darinya. Mana bisa dihilangkan begitu saja? Mana bisa berpaling saat dia melakukan kesalahan? Walaupun itu merejamku hingga ke sel terkecil. Mungkin dia tidak pernah sadar, mungkin dia tidak pernah bermaksud. Tapi ini sudah terjadi.
Kau pernah berkata padaku, jika menurutku ini tidak perlu terjadi, maka aku harus memperjuangkannya. Menurutku ini tentu sangat tidak perlu terjadi. Tapi, bagaimana menurutnya? Aku ingin membahagiakannya...
Memberikan sisa hidupku yang juga memang pemberiannya. Sekian puluh tahun menjadi tanggungannya, aku ingin sedikit merasakan deritanya. Derita yang pernah ia rasakan ketika membesarkanku. Aku ingin memberikan kebahagiaan walaupun sejumput dari dosa yang terlanjur terlahir sejak kuditimangnya. Aku ingin membahagiakannya. Tapi, jika yang dikehendaki seperti ini, bagaimana mungkin aku sanggup?
Dunia semakin tua.
Bumi semakin tua dan semakin rapuh. Bencana terjadi dimana-mana. Bumi butuh manusia untuk menyelamatkannya. Bukan hanya manusia yang berlindung dan selalu mengharapkan kebaikan bumi. Kini manusia harus semakin sadar, bumi telah rapuh. Semakin mendekat dengan matahari, untuk terbakar. Bagaimana mungkin gejolak alam bisa dibendung? Yang benar, katamu ialah mengikuti gejala alam, jangan menentangnya.
Waktu membawa dunia pada ketuaan, tapi kau tetap berkata bahwa kita tidak perlu melawannya. Menyatukan diri dengan alam dan sekali lagi tidak menentangnya, seperti aliran zen. Ketidaksetujuan tidak selalu harus berakhir dengan perlawanan. Masih banyak cara untuk menunjukkannya. Dan waktu yang akan menjawab.
Aku harus bagaimana? Bahkan airmata inipun telah kering. Otak menjadi buntu memikirkan hal tak berpangkal dan tak berujung. Mata dan tubuh lemah. Surut dibawah jejak-jejak doa. Kembali padanya.
Harusnya di saat seperti ini ada kau yang bisa membantuku, setidaknya biarkan aku bermain dengan pikiranmu, agar aku tidak terkecoh dengan pikiran-pikiranku sendiri yang sedang kalut. Harusnya, sahabat tidak pernah berdusta, tidak pernah meninggalkan kekasihnya, harusnya sahabat selalu bisa merasa...
Tidak diam seperti terbelenggu.
Tidak bertanya jika sudah tahu.
Tidak lari jika tidak perlu.


18sept07,10;30 (selasa)

Bergerak Cepat ( Kalajengking Verse)

Dia bergerak cepat, menghindari tangan-tangan yang sedari tadi mengejarnya. Tangan-tangan itu masih sangat muda, berukuran kecil, tetapi berjumlah tak kurang dari seribu. Cepat bergerak dengan separuh keseimbangan, bergerak tanpa melihat lagi seberapa jauh jarak tangan-tangan itu, lebih cepat lagi.. tanpa menghitung, berapa tangan-tangan yang tersisa. Yang dia pikirkan hanya lari..lari.. dan terus bergerak cepat. LARI !!

“ kemana perginya kalajengking tadi ? “
“ kau masih memperhatikan ? aku tidak melihatnya “
“ ya. Hanya sedetik tadi aku mengerjap, lalu semua lenyap “
“ tidak mungkin secepat itu, kilat pun masih dalam hitungan beberapa detik “
“ tapi memang demikian adanya “
“ yahh.. mungkin di dekat tempat kalajengking itu berada, terdapat sarangnya. Tapi, rasanya tidak mungkin “
“ mungkin atau tidak bisa kita buktikan. Tapi dimana ? “
“ kau cari lah di sekitar situ. Tadi terakhir dimana kau lihat binatang itu ? “
“ di situ! Dekat tong sampah yang sudah berkarat itu “
“ ya, kau cari lah di situ “
“ kau tidak membantu ku mencari ? “
“ untuk apa ? “
“ tentu saja untuk mengetahui dimana kalajengking itu berada “ sambil berkata begitu, Kukuh berjalan ke arah depan, mendekati tong sampah yang telah berkorosi. Dan tiba-tiba saja, Ranggas berteriak mengaduh. Kukuh menoleh cepat, terlihat jemari Ranggas berdarah, cukup banyak. Dan cukup terkejut juga Kukuh melihatnya.
“ kalajengking sialan itu ! damn !! “
Hanya itu yang keluar dari mulut Ranggas.
“ mana ? “
“ sial ! kau masih juga hendak mencari nya ? kau tidak lihat, jariku berdarah seperti ini ? benar-benar sial !! “
“ iya. Aku melihat nya. Tapi, kemana larinya kalajengking itu ? “
“ damn !! racun nya sudah mulai menyebar.. dan kau, tidak sedikitpun memberi bantuan padaku. Oh shit !! “
“ Oh God !! aku nyaris lupa, kalajengking pun beracun. Tapi harus ku apakan ? “
“ kau harus membuang racunnya ! bukan memotong jari-jari ku untuk membuang rasa sakit ini “
“ tapi bagaimana caranya ? “
“ oh shit !! begitu sialnya aku hari ini, tak pernah sekalipun dalam hidupku, bertemu dengan orang sebodoh dirimu “
“ yah, kau beruntung hari ini, telah bertemu dengan orang bodoh yang belum pernah kau temui sebelumnya. Bukankah kau seharusnya merasa beruntung ? “
“ sudahlah ! cepat kau ambil tali, atau kau sobek saja baju ku ini, lalu ikat sekencang mungkin di atas pergelangan tanganku “
“ apakah untuk menghambat aliran darah ? “
“ stupid question, you know ??? “
“ hei, marah tidak menyelesaikan masalah. Hati jangan dibiarkan marah. Beri sedikit ketenangan”
“ bagaimana mungkin bisa tenang kalau yang dihadapi orang seperti kau ini ! “
Ranggas segera beranjak pergi, menyesali begitu banyak waktu yang dibuangnya percuma dengan mengharap bantuan dari Kukuh. Andai sedari tadi dia bergerak cepat menuju rumah sakit, klinik, atau minimal puskesmas atau apalah tempat yang sanggup membantunya, mungkin racun itu tidak begitu jauh menyebar, sekarang jemarinya sudah sedikit membiru. Sebentar menoleh ke belakang, dilihatnya Kukuh masih mencari kalajengking itu.
“ orang sinting ! “
Dalam benaknya yang kalut, bertanya, mengapa bukah Kukuh saja yang di gigit ? dan di sela kekalutan itu, ia menjerit kembali, bahkan lebih kencang. Seekor kalajengking sudah menjepit, menggigit dan menyengat jempol kaki Ranggas.

Masih tentang kalajengking. Suatu hari, Kukuh yang seakan terobsesi dengan kalajengking itu kembali bermain-main di dekat tong sampah yang sekali lagi telah mengalami korosi, telah berkarat. Katanya, membuat tato dengan tambahan serbuk kalajengking, hasilnya akan jauh lebih memuaskan. Tapi, sampai detik itu, Kukuh masih juga belum sanggup menemukan kalajengking. Hewan itu hanya menunjukkan diri sebentar-sebentar, seperti menggoda Kukuh, mungkin kalajengking itu rindu akan permainan petak umpet yang mana rasanya sekarang ini semakin jarang saja dimainkan anak-anak. Tapi, kalajengking kan bukan anak-anak. Kalaupun belum tua, tetap saja dia dikatakan anak kalajengking. Atau tetap saja kalajengking, bukan anak-anak. Tidak mengerti juga, apa kalajengking memahami permainan petak umpet itu atau tidak. Namanya saja sekedar perumpamaan. Tapi ini benar, kalajengking itu hanya terlihat sesaat, tapi, kemudian tiba-tiba saja menghilang di batas pandang Kukuh. Heran lagi, Kukuh tidak merasa ngeri kejadian yang menimpa kawannya, akan menimpa dirinya juga. Ia terus saja mencari kalajengking itu. Katanya, tato dengan tambahan serbuk kalajengking, hasilnya akan lebih baik. Katanya..
Seorang pengumpul sampah datang, mengeluarkan senjatanya. Besi panjang yang ujungnya melengkung sebagai pengait. Mengaduk-aduk isi tong sampah. Kukuh tetap mencari kalajengking bersembunyi. Ia ingin bertanya pada pengumpul sampah itu, dimana kira-kira tempat persembunyian kalajengking. Tapi, pengumpul sampah itu terlampau sibuk, Kukuh takut mengganggu. Sudah dicari kemana-mana, tetap saja tidak ada. Tidak juga ia temukan lubang seperti yang Ranggas pernah perkirakan, sebagai rumah kalajengking. Sudahlah, rasanya tidak ada yang bisa membantu. Kukuh buntu, dan spontanitas saja dia bertanya pada pengumpul sampah.
“ bapak ada lihat kalajengking ? “
“ ada “
“ dimana ? “
“ di TV, tadi siang ada acara tentang hewan-hewan. pauna dan pauna “
“ oo “ Kukuh hanya bisa berujar datar “ sempat menonton juga ? “
“ iya, di pinggir jalan sebelah, di toko barang elektronik, disitu gratis, mau nonton berjam-jam juga boleh. Kalau kamu mau, bisa saya antarkan. Besok saja, kalau mau lihat kalajengking, biasanya yang tentang hewan, jam 1 siang. Tidak hanya kalajengking, tapi juga ular, macan, gajah, burung dan masih banyak lagi. Lumayan loh dek , tidak perlu biaya ke kebun binatang “
Bapak tua itu memamerkan kepuasan atas pengetahuannya. Kukuh terdiam, melihat kekosongan di pikirannya. Sama dengan mulut bapak itu yang juga kosong, tak bergigi lagi.
Ranggas berpikir keras.
“ hmm, Pak.. tapi maksud saya, kalajengking di sekitar sini. Ada bapak melihatnya ? “
“ kalajengking ?? di sini ? yang benar saja adek ini. Di sini yang ada hanya sampah. Nih…”
Sambil menganggat pengait yang merupakan senjatanya itu, ingin menunjukkan kalau di sekitar itu, terutama di dalam tong sampah, hanya ada sampah. Bukan kalajengking. Begitu kait dianggat, dengan sangat terkejut si Bapak berteriak. Bergerak cepat melepas senjatanya. 4 ekor kalajengking tersenyum hangat pada beliau.
Sudah seminggu sejak pencarian kalajengking. Tapi Kukuh masih juga belum beruntung. Mengapa yang menemukan atau di ajak bercanda oleh kalajengking itu bukan diri nya ? melainkan orang-orang yang tidak membutuhkan kalajengking ? apa kalajengking tahu niatnya untuk meremukkan, melumat, menghancurkan, menjadikan kalajengking sebagai serbuk penambah tinta tato ? apakah mulai sekarang kalajengking sudah mulai mampu membaca pikiran? Apa ini pengaruh tayangan televisi, yang menyajikan banyak sekali orang-orang pandai dan pintar lagi mengetahui isi bahtera samudera pikiran seseorang, apa sejak saat modern ini, pikiran dan kemampuan otak kalajengking juga demikian bertambah ? hebat sekali. Tentu dengan kalajengking yang cerdas seperti ini, serbuknya akan lebih pekat dan akan lebih memuaskan hasil tato. Tapi, apa iya, kalajengking bisa berpikir demikian canggih ? bukankah yang bekerja dengan otak dan mampu memanipulasi otak yang lain itu hanya manusia? Dan kalajengking tetap lah kalajengking. Walau ia cerdas, tetap saja terbatas, yah.. secerdas-cerdas nya kalajengking !. kukuh semakin bingung saja, hanya bermula dari keinginan membuat tato yang mirip dengan tato milik seoranng penyair Rusia yang meninggal saat pembuatan tato di tubuhnya yang ke enam kali. Hingga sampai seperti ini.
Sudah 2 jam Kukuh berjongkok di dekat tong sampah berkarat itu. Kadang duduk menyelonjorkan kaki nya di batu-batu. Masih dengan alam pikiran yang mengambang, seorang anak kecil berjalan pelan, tersenyum pada diri sendiri. Kukuh terkesiat. Bukan pada anak kecil itu, tapi pada apa yang di pincing nya. Kalajengking. Lebih dari 5 kalajengking di ikat dengan tali pancing dan kemudian di bawa nya begitu saja, melenggang.
“ dik, kalajengking ? “
“ bukan. Ini rusa ! ya iyalah. Ini kalajengking, Bang.. “
“ bisa saja kamu. Dari mana dapat ? “
“ ada urusan apa ? “ sedikit curiga
“ tidak. Hanya saja, aku sedikit takjub “
“ dari pintu utara. Di belakang jalan ini, ada sebuah tong sampah, di sekitar situ banyak kalajengking “
“ tong sampah ? berkarat tidak ? “
“ iya. Berkorosi “
Tau pula anak ini dengan istilah korosi, pikir Kukuh.
“ kau yang menangkap nya ? “
Anak itu menggeleng “ tidak. Kalajengking ini menyerahkan diri. Tadi aku dan mereka bermain petak umpet. Sudah 10 seri, dan dari kesemuanya, aku menang 7 seri, dan kalah 3 seri. Jadi aku yang menang dan mereka harus menyerahkan diri. Begitu perjanjiannya “
Kukuh melongo. “ petak umpet ? “
“ iya. Sudah dulu ya Bang, ibu ku sudah menunggu kalajengking ini. Katanya bagus sekali untuk membuat alis menjadi tebal, hitam mengkilat, seperti orang-orang Arab “
Kukuh masih melongo. Kalajengking, petak umpet ? alis menjadi tebal? Ini sudah di luar alam pikiran Kukuh.


Jakarta
June, 2005

27 March 2008

untukmu..


katakanlah seribu kata sayang untukku..
ucapkanlah tanpa kau ragu...
beribu kata sayang mu, yang kuyakin takkan pernah cukup
sampaikanlah seribu kata sayangmu itu untukku
tak usah kau ragu.
tapi, walaupun sudah beribu-ribu kali...
apakah itu sudah cukup???
sudahkah terwakili segenap perasaanmu?
dan apakah aku telah mampu mengerti?
apakah aku telah cukup puas?
apakah semua sekat-sekat kerinduan sudah mampu terpadati?
tidak akan pernah ada sebuah kecukupan.
maka...
teruslah ucapkan kata sayangmu untukku
biarkan semua orang muak,
tapi tidak AKU.

BULAN KEMBAR

bisakah kita berbicara sebentar?
tanpa ada kata terlontar.
biar tatap yang coba jelaskan.
biar hati yang coba rangkumkan.
bisakah kita sedikit berbagi waktu?
di saat senjakala tak begitu menegangkan..
dan saat bulan purnama singgah di buaian.
bisakah kita memahami barang sedikit?
tanpa harus terburu-buru kereta berangkat di kala fajar..
tanpa harus berurusan dengan perut lapar.
bisakah kita berbicara sebentar?
hanya mendengar suara hati yang berbisik
tanpa peduli gendang telinga orang.
bisakah Tuhan mengembalikan wahyu?
sinar yang terang tapi tidak menyilaukan.
250807

Rusak

asal jangan
otak ini
yang lain,
biarkan!

hanya

aku..
hanya daun kering
yang tersesat
di bawa angin mengudara
di hempas sungai bergelombang
aku..
hanya daun kering
yang sekejap lupa arah
dibutakan malam
dan disilaukan siang
aku..
hanya hamba yang khilaf
disamarkan dengan impian
[disadarkan kenyataan]

..andai..

Hai,

"aku rindu.."

andai semudah itu,
mengatakannya.

21 March 2008

Simply_ya

Ketika aku bakar aral ini,

Akankah kau buka pintu itu juga…

Setelah aku melangkah,

Akankah keberanian itu menuntunmu untuk melangkah juga…

Keseimbangan

aku ingin mengenal diriku sendiri tapi tetap saja ini tidak mudah

seperti proses panjang yang tak berkesudahan

begitulah…

mungkin memang sudah semestinya

mungkin tidak perlu pemahaman

sebuah pengertian kecil selalu menuntut keingintahuan lebih dan lebih lagi

tapi…

bukankah kita masih memiliki bilik rahasia yang memiliki dua sisi ,

seperti lingkaran yin dan yang.

Bukankah kita masih memiliki apa yang disebut diskursus itu?

Ruang perdebatan hati

Semua tentang hitam putih, benar salah, mau tidak mau, ada tiada…

Dan extra anonim dalam keranjang pilihan hidup

Tapi…

Aku yakin semua tidak ada yang mengarah ke jarum negative.

Keduanya akan saling menyeimbangkan.

Entahlah…

Perenungan panjang pun belum tentu jadi pemecahan

Sekali lagi tapi,

Aku melihat heilena…

Mengenal diri, berarti memahami apa yang diinginkan dan siap berkompromi dengan kejutan-kejutan manis dalam hidup