16 March 2009

Sejuta Bintang

"lihat itu Belia!"
lantas aku menoleh ke arah telunjuknya terarah. Langit yang membentang, biru yang kelam, nyaris mendekati hitam kurasa. Tetapi iga-iga putih seperti kapas tercabik bertebar mengelompok di suatu bidang. Menutupi sebagian bintang-bintang diantara sejuta bintang.

"kau lihat itu Belia.. itu Canopus! ada juga Yuvivalens, Vega dan banyak lagi tak bernama"
aku mendengar suaranya yang lekat di telingaku.
"ahh, siapa pula yang menamai? manusia kan? ahh.. seperti mereka itu ibu-ibu yang melahirkan saja" sekenaku, menjawab.
"jangan begitu.. bukankah begitu lebih baik? kita tak perlu lagi mereka-reka atau melabeli semua yang kita jumpa" sanggahnya
"oke..oke...tak mendebat" pasrah.

Lantas, dia menarik rumput itu, hingga tercerabut dengan sedikit akar. aku protes
"kiranya tak perlulah pakai tenaga, untuk menariknya.."
"tak sengaja, Belia.. mungkin aku terlalu perkasa"
hahahaha... kami tertawa bersama.

Kuamati ia, menggigiti ujung rumput itu. sebenarnya tak benar-benar di gigit, hanya dimasukkan sedikit di bibirnya.. lantas dipelintir dengan dua jari, jempol dan telunjuk. dia masih terus menatap arah itu.

Genap purnama. sehingga terangnya mengalahkan lampu kota.

Aku mengamatinya. perlahan. rambutnya yang hitam tebal, alis.. mata..hingga lekuk-lekuk di wajahnya yang sahaja.

"Belia!! lihat..." aku mengekori arah telunjuknya sekali lagi.
"bintang jatuh!!" teriak kami serentak. lantas saling berpandang. aku diam. begitupun dia.

"ahhh... aku tak ingin seperti bintang jatuh itu!! bukan main betapa takjubnya kita barusan saat dia melesat... habis itu...sudah, terbakarlah ia! tak lagi menjadi apa-apa" ucapnya nyaris tak terdengar. seperti bergumam pada diri sendiri.

"ssstttt... kita berdoa saja.." ajakku. Terlihat sekilas, matanya berpendar. Dia tersenyum. 'yah...begitu lebih baik...' ucapku dalam hati.

"Belia, kapan kita ke tempat ini lagi?"
"entah"
"apa yang kau minta tadi?"
"tidak ada. kau?"
"itu rahasia"
"baiklah..."

Lalu dia berdiri tiba-tiba. mengulurkan tangannya padaku, agar aku turut.
"mari, kita berjalan lagi.."
aku tersenyum.

Hanya kalimat yang mengalir deras dalam hati tanpa sempat kuutarakan saat kusambut tangannya.
"sudahlah... aku hanya mawar yang durinya akan menyakiti jarimu...".

Bulan masih sangat terang, siluet pohon dan burung terbang terbentuk sesaat. Bumi seperti berhenti berputar, tapi kami tetap berjalan. Sejuta bintang, di langit kelam.

11 comments:

Miss G said...

Hmm... rasanya seperti sedang ikut mengintip bintang dan nguping sebuah pembicaraan. Nice!! I like it!

Anonymous said...

Hhhm...sejuta bintang di langit kelam. Kemana pergi cahaya nya?

Salam kenal.

Anonymous said...

Aku kagum dengan caramu menjabarkan... Sangat renyah serasa duduk sembari bercerita dan mengagunkan kacang goreng di sela-sela bibir setiap perbincangan.

Anonymous said...

*sudah berbincang panjang kali lebar kali tinggi di 'forum' tentang ini, kan ?*
:)

Nyante Aza Lae said...

mana vega...mannaa
dah lama gak ngliat vega, semenjak di bredelnya empat mata...hiksss

Arief Firhanusa said...

lantas aku menoleh ke arah telunjuknya terarah. Langit yang membentang, biru yang kelam, nyaris mendekati hitam kurasa. Tetapi iga-iga putih seperti kapas tercabik bertebar mengelompok di suatu bidang. Menutupi sebagian bintang-bintang diantara sejuta bintang.

[pendeskripsian yang unik dan megah. Saya sangat sangat sangat suka!]

Kabasaran Soultan said...

"sudahlah... aku hanya mawar yang durinya akan menyakiti jarimu...".

he-he-he ..tampaknya sang teman dah faham duluan .. ternyata rerumputan lebih mengundang hasratnya ...bukan si belia yang menemaninya melewati sang malam.

selalu saja daku tersesat membaca goresanmu hez ... sesat yang nuansanya nikmat.
nice posting ..it is.

Jenny Oetomo said...

terus terang nama nama bintang indah itu baru akau dengar namun dengan alunan cerita yang mengalir saya dapat merasakan nuansa indah bintang di langit, salam

Anonymous said...

Pelita kecilmu mengalir pelan...

Anonymous said...

Nama nama bintangnya begitu indah. cuma satu yang sering kudengar... Vega, sering di 4 mata,dan nama motor yamaha vega

goresan pena said...

@ Mbak G : terimakasih mbak...hanya sebuah mimpi kok...hanya sebuah mimpi...

@ Anak Ilang : masih ada cahaya bintang dan bulan purnama...
tapi, malam terasa kelam..mungkin hati kedua tokoh itu yang kelam...

@ The dexter Kika : wah...terima kasih...ntar, kalo' aku mimpi lagi...tak siapin kacang goreng juga ahhh, biar lebih krunciiii...

@ Mas Goe: hem...? yang 'ini'? kan baru setengah alas kali tinggi mas... yang ini baru sithikkk....atau malah belum...

@ Mas Kurnia: kan sekarang udah jadi bukan empat mata...ada kok...ada...hehe...lebih seksi malah...

@ mas arief: waduh...terima kasih mas... saya seperti meluncur ke iga-iga seperti kapas tercabik itu...dan disapa bintang2 berkerlip...hehe...

@ Pak Kabasaran: ummm...
hem...saya juga senang jika Bapak sampai tersesat kemari...hihi... tapi, sepertinya, di posting ini...Bapak tak tersesat...benar-benar jeli!

@ Mas Jenny: wah...ada banyak nama...Carina, Vicar, Canopus, Capella, banyak deh...

langit malam senantiasa indah...jika cerah...

@ mas DM : hem...hem... bantu di jaga yah mas... biar apinya tak redup...:)
terima kasih udah maen kemari...

@ Mas Erik : huahahhahahahahahha.... kalau ada waktu...ajak anak2 ke lembang mas... teropong bintang...

sejuta seru!!!