02 September 2008

Long..long time ago..(kucari diriku)

(...)
Kelak, Akankah terlupa?
Setiap kalimat aku mencoba memahami dengan sederhana.
Caramu menatapku,
caramu berujar,
caramu menceritakan dirimu ketika masih ’hidup”,
sangat menantang.
Membawaku pergi ke suatu tempat di sana, 10 tahun yang lalu untuk sekedar mengatakan : bakar aral itu!!!
Jangan jual jiwamu pada keterpaksaan!
Caramu mendongengkan luka lama yang masih tertutupi oleh ajaran agama dan norma yang terjunjung tinggi.
Sangat feminin. Aku mengaguminya.
Setiap detik, sangat terasa untukku.
Aku masih merasakan saat tangan lembutmu kukecup,
saat basah telapak tanganmu ku dekap,
dan saat kepalamu bersender nyaman di pundakku.
Sedetikpun tak pernah terlewat.
Aku ingat.
Hingga, Terkadang, takmampu ku cerna dengan logika.
Logika?

Aku sedang melawannya, mencoba meninggalkan di rumah, kutempatkan logikaku dalam sebuah kantong di dalam tas yang ku jahit rapat dan kutempatkan dalam peti yang kukubur di tanah -1,1 meter dibawah tanah.
WHY CAN BE?
WHY SHOULD BE?

(.)
Aku pergi,
anganku menerawang jauh kembali pada memoriku selama aku mengerti kenapa seseorang harus tetap hidup,
pernahkan satu moment pun aku melecehkan perempuan?
Iya ternyata!
Aku sering melakukan pelecehan itu.
Aku sering.

Aku menggoda mereka,
aku ‘menyiuli’ mereka dan
aku pernah menganggap perempuan adalah pelengkap laki-laki.
Konstruksi patriarkhis atas tubuh dan pikiranku,
konstruksi atas tubuh, konstruksi seksualitas dan
konstruksi jender yang salah,
menjadikanku sebagai seorang pemuja patriarkhis.
Long live patriarkhis!!!
Aku berharap telah berakhir, hanya berharap.

Dalam pencarianku yang lain, dalam refleksiku yang lain, sebelum mata ini terpejam oleh rasa kantuk yang sangat,
dalam keheningan malam di kota itu,
dalam keriuhan kekekan tawa anak-anak ***,
berlarian di atas menembus malam,
dalam dentuman bass,
treble band-band pengisi ***** semalam,
aku terus mencari.
Semoga tidak ada detik yang kulewatkan.

(...)
Sesaat setelah itu, tangan lembutmu memelukku dari belakang, erat.
Dalam tangismu, dengan lembut kamu mengucapkan sesuatu, yang tidak mampu kudengar dengan jelas namun bisa kurasakan dengan pasti, tegas, lugas dan diucapkan dengan sederhana, seolah bergumam ”aku sayang kamu,..”
Meluluhlantakkan sisa-sisa logikaku!

(..)
khayalan yang mengembara, terlampau liar. menjadi suatu cerita. ternyata, tidak lebih dari sekedar imajinasi.

5 comments:

Multama Nazri said...

imajinasi yang nyata....
nyata yang di-imajinasikan
Salut dah...
Bahasanya sederhana dan mudah dipahami..
"Tapi logika harus ada yang mbak, rasio terjadi bila logika dan hati sejalan...hehehe, tapi itulah hati memang, kadang tidak perduli apapun dan siapapun..."

goresan pena said...

aku hidup dalam rasio dan logika kok... santai...
blog ini lah alam imajinasi ku...
aku melayang jauh mengembara dalam dunia fatamorgana, membawa diriku menjelajahi setiap sudut kehidupan yang baru. yang tak kutemui di dunia nyata.

harapan...

Anonymous said...

Meluluhlantakkan sisa-sisa logikaku!
aku suka kalimat itu.
apakah memang "tidak lebih dari sekedar imajinasi?

goresan pena said...

absolutely yup..!

goresan pena said...

absolutely yup..!