03 September 2008

Sabit Merah Berbatas Bingkai Kaca

sebuah sinar yang besar menyambut. cepat berpijar untuk menyambar jutaan kilat cahaya. terjatuh kembali mengejarnya, tidak secepat yang diharap. langkah terlampau gontai. sedang cahaya melesat cepat. semburat sinar jelas tertangkap, tidak lari tapi brkejaran. kristal cahaya demikian cepat berpindah, gumpalan energi merangsek sempurna. dalam gelap, seperti tembikar di lautan bara.

gumpalan. seperti darah segar menetes di bening air hujan. terurai beberapa kejap, lantas membaur menjadi jingga. darah segar memerah, menjadi keruh, pudar.

seperempat purnama. sabit merah berbatas bingkai kaca. biasnya melalui pantulan remang lampu kota. udaranya hangat saat di dekap dan terasa dingin saat berjarak. cahaya, mengawini genangan air di sudut jalan. genangan air kotor yang terlalui. berderet motor, mobil, becak, sesekali andong. Jogja, bisu.

..

menangkap matamu yang senantiasa berbicara. seperti ini yang tersirat; harapan, keegoisan, cita-cita, cinta dan hasrat. ini dunia, ini hidup. dan ini kehidupan matamu, mataku. de ja vu.

...

"aku mencarimu!!!"
Icarus berteriak lantang. suaranya parau dihantam kekuatan udara. yang dicari adalah kehidupan. yang dicari adalah sebuah kebebasan, yang dicari adalah sekejap keindahan. langit senantiasa tampak menggoda dari atas bumi.

icarus bertaruh, untuk yang sekejap itu. dia berteriak dengan nyalinya. ia menantang dengan secuil kemampuannya, ia menaklukkan dunia awang-awang dengan kendalinya. ia mampu, saat ia mau. dan ia setuju, saat jiwanya berseteru.

icarus, polos.. lugu, naif.

daedulus terdiam menatap anaknya yang bodoh. sayap yang ia ciptakan, kalah dengan kekuatan cahaya, kalah dengan panas sang surya. lilin meleleh di punggungnya yang memerah.
"turun!! jangan kau lawan matahari"

terlambat, icarus terbuai langit tinggi. dia pemimpi, yang berhasil memiliki sekejap keindahan langit tinggi. dia naif, yang mempertaruhkan segalanya untuk kenikmatan sekejap. tapi dia pemberani, yang membayar semua itu dengan satu nyawa miliknya. satu-satunya harta milik dia.

..

menemukan, bukan satu-satunya jawaban.

"aku kehilanganmu!!" kau teriakkan itu dalam hatimu. suara itu meloncat keluar, menembus sekat-sekat tubuhmu, menggaung dan berpantulan dalam gelombang bunyi hingga ke saraf otakku. sel-sel ku bekerja cepat menerjemahkan sinyal-sinyal itu. kau berujar dengan hatimu yang bergetar, aku merasakan itu.

dan aku diam.

diam adalah sikap!!

diam, bukan ketidakmampuan. diam adalah mau! mau membungkam keinginan, mau menunda berkejap hasrat. diam adalah suara, yang tak bersuara.

aku terguncang. mati rasa, darah berhenti mengalir, oksigen berhenti tersuplai. mati rasa. mati indera. yang masih tersisa.. sejumput airmata.

.

aku benci dengan hujan di jogjakarta. aromanya tidak pernah sampai ke hatiku. hingga malam itu. dalam kesendirian, dalam bungkam, dalam kepasrahan pada Dzat.. aku merasakannya.

bulir-bulir hujan jatuh melaluiku. merembes masuk melewati untaian benang yang membalutku. hujan.. hujan pertama setelah sekian lama. aromanya telah kembali. seperti inilah.. aroma tanah yang kurindukan. basahnya bumi diciprati tetes-tetes hujan.

dari hidungku, kemudian terjatuh ke bibirku aku mengecapnya. rasanya begitu dingin. aku terbebas dalam hujan.

hujan, dan aroma tanah yang kurindukan.

..

magnet.

seperti yang kukatakan. magnet akan berfungsi jika berbeda kutub. walau di batasi kaca, apa saja. mereka akan bertemu, tak kuasa melawan kekuatannya.

magnet, seperti itulah..

matamu, adalah cermin jiwamu. matamu, adalah mediaku untuk berkaca melihat pantulanku dan kau akan menemukan jiwaku pada sorot mataku. begitulah fungsi mata kita. kita punya banyak mata, mata batin hingga mata kaki. tapi mana yang kau pilih?

aku memilih mata yang terletak di kepalamu. dari sanalah aku bisa membacamu. dari sanalah aku ingin memahamimu, dari sanalah kucoba meresapimu. mata baca.

mataku, menemukan banyak kekecewaan dari mata-mata lain yang pernah berpapasan denganku. banyak kudapati penyesalan saat mereka membacaku. banyak kuabaikan erangan-erangan amarahnya padaku.

aku lari, untuk menjauhkan diri dari suara-suara itu. aku coba berlari lagi. untuk mengacuhkan dan tidak menghiraukan teriakan-teriakan mereka. aku lari dari kekalutan pada diri sendiri, aku bergerak dalam gelap yang samar. tidak pekat karena masih ada sabit merah di seberang sana. udara yang kuat mendorongku jauh ke dalam. di lorong itu aku terpojok, belum lagi sampai.

harusnya, matamu juga berbicara hal yang sama. seperti ketika aku menyatakan apa yang kurasa. seharusnya, matamu juga mampu membaca, penyesalan yang belakangan ini semakin terasa. too late...

...

aliran air terlalu deras, sebatang balok kayu tak kan sanggup menghalau. aliran air terus melaju. balok-balok kecil hanyut tersapu gelombang. setangkai mawar terselip disana. diantara berseraknya balok-balok dan serpihan kayu. mawar itu terombang dalam diam. mungkin tidak kuasa, atau memilih menurut saja. tidak ada jalan untuknya. tak punya kaki, bagaimana hendak pergi?

yang ditunggunya adalah kepakan sayap. entah milik siapa saja. walau yang dibayangkannya selalu yang itu-itu saja. selalu, tapi dalam bayangan...

(to be continued)

7 comments:

Bambang Saswanda Harahap said...

satu hal yang pengen banget dapat jawaban.. dapat inspirasi dari mana sih ?
oh ya alamat blog yang dilinknya salah.. yang benar
http://bambang-saswanda.blogspot.com

Bambang Saswanda Harahap said...

satu hal yang pengen banget dapat jawaban.. dapat inspirasi dari mana sih ?
oh ya alamat blog yang dilinknya salah.. yang benar
http://bambang-saswanda.blogspot.com

goresan pena said...

inspirasi yah? bisa apa aja. terutama orang2 yang kusayang; suami, anak, teman..sahabat2 lama, harapanku sendiri, hm..atau mungkin orang yang baru kutemui.siapa aja, termasuk dirimu.itu untuk manusia. kadang aku juga terinspirasi oleh semut yang berduyun2 masuk rumah saat musim hujan. ah...gak tentu. semua bisa jadi inspirasi..tergantung kepekaanku saat itu.

hehe...maaf yah...abis kemaren2 aku ga bisa buka blog mu...thx loh, seneng sekali...:)

Anonymous said...

banyak yg protes ma tulisanmu. kata mereka bisa mabok kalo baca gaya bahasamu, susah dipahami...
menurutku iya lho, kalo orang ga paham apa yg kita tulis malah jd cuma masturbasi aja. jd percuma juga nulis di blog... hehehe...

goresan pena said...

shangkala senja:
haha..iya yah...terima kasih loh..diingetin.

hm, fyi aja..
tidak semuanya bisa dituliskan dengan lugas dan gamblang...dan tidak semua orang harus meraba dengan benar.

hm, kalaupun tulisan ini hanya menjadi sebuah bentuk 'masturbasi'..seperti istilahmu saat kita pertama kali ketemu dulu, gak papa..

walau aku gak seneng dengan istilah itu. masturbasi punya efek negatif lebih banyak ketimbang positifnya. aku lebih senang menamainya catarsist.

Anonymous said...

sumber inspirasi yang kuat,
benar-benar mengenal mereka ya mbak?
seperti bukan hanya di permukaan saja.
inikah dunia?
apakah bait dalam lagu padi "kemana angin berhembus menuntun langkahku?" juga jadi sumber inspirasi?

goresan pena said...

inspirasi tidak hanya berasal dari keterkaguman, tetapi, kekecewaan dan harapan lebih banyak membangun.

suatu malam,aku membaca sebuah email yang mengajakku menembus sekat-sekat kebuntuan..lebih banyak membangunkan jiwaku yang tertidur, yang nyeyak dalam kesemuan.

hingga aku bertemu harapan.

sebagian besar di tulisan inilah, inspirasinya adalah yang menyanyikan lagu itu. fahami dengan sederhana, baca dengan hati.

thx