lihat romo, mata itu seperti telaga
ya, maka tataplah merapi sore ini
dan kulihat merapi di matamu
romo, kirei desu yo?
(senyum kecil),
awan putih kulihat bergeser ke timur
sebentar lagi puncak akan tertutup, romo..
dan nantinya awan-awan itu akan bergeser lagi, tenanglah..
setelah hujan, mengapa merapi secantik ini?
dia bosan menjadi garang, ma..
so desu ka?
hai, so desu
romo.. mengapa kita menatap merapi seperti ini?
teguklah kopimu, jangan bertanya.
nikmati.
nande?
nikmati, hari ini takkan datang lagi.
romo.. perlukah aku berterima kasih?
simpanlah.. tak perlu.
ini kasih.
....................
ma, merapi indah saat kita melihatnya dari jauh.
saat kita mendakinya, kita tak dapat melihatnya.
ah..benarlah demikian, romo.
Jogja, 15 Des 2008
saat merapi begitu cantik
sore hari
16 December 2008
diskusi kecil, di hati sendiri
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
5 comments:
Seperti pendakian hati yang kunjung bertepi ...
...kan kujelang sore ini...wahai Merapi...kutunggu kau di Stasiun Lempuyangan...
Benar, merapi indah jika dilhat dari jauh, namun keindahannya tak terlihat saat kita mendakinya.
Rumput tetangga terlihat lebih hijau..
* mas arif; Romo berkata;
nrimo ing pandum...sepi'o ing pamrih ndhok.. 'tansah eling sangkan paraning dumadi. mengertiyo nock..cah ayu mlaku'o ing lemah kanthi tabah..
*Pak Djoko: pak, kalau mau ke jogja, kabar2i loh...nanti sachy n suami saya pasti mau kenal...hehe
*mas Erik; benar...tapi, maksud Romo bukan itu...bukan ttg rumput itu..
So,diliat dari jauh aja ya mbak? Perlu ditemui jugakah?
Post a Comment