26 November 2008

Gelang Patah



----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Surat untuk Guntur..

Haloo bang.. apa kabarmu?
Ahh.. rasanya baru kemaren.. suaramu pun masih terdengar jelas di telingaku. Rasanya baru saja kemaren.
Masih ingat dengan nasehatmu yang sangat menyakitkan itu?
Baru saja kemaren Bang..

Bang..
Gelangmu..
Hm, gelang itu sudah kuberikan pada yang tepat. Maaf bang aku tak sanggup membawanya lebih lama. Sudah nyaris 10 tahun..
Kurasa sudah cukup.

Kau tahu tantra totem bang?
Anggap saja gelangmu itu adalah pesan yang tersebar. Kelak, jika gelang itu kembali padaku, berarti aku akan menemukan bahwa lingkaran dunia ini memang menyatu bang.. aku percaya itu. entah berapa puluh tahun…entah apa pada keturunanku…atau siapa.

Yang jelas, gelang itu sudah tidak padaku lagi. Satu yang kuyakinkan padamu, penerimanya adalah orang yang tepat. Yang telah kucari selama 8 tahun belakangan. Jangan Tanya kenapa bang… aku juga tak mengerti.

Siapa?
Dia hanya seorang yang melukiskan hidup dan rasanya pada kanvas. Yang kanvas-kanvasnya saja belum pernah kulihat. Sudahlah bang…jangan Tanya lagi siapa.

Satu lagi bang, gelang itu sudah patah satu ulir di tengahnya, malam setelah sore terakhir aku menelponmu.
“cepat datang kesini… nanti ndak sempat liat abang sakit, loh…”
Hm, begitu kan kalimatmu dulu? Aku tidak akan bertanya kenapa lagi. Sudah terlalu banyak.
Tau bang, bagaimana rasanya saat Bernard ngasi tau?
“Guntur Ya… Guntur sudah nggak ada….!” Aaaahhhhhhhhhh…….!!
Sudahlah…sudahlah…sudahlah….
Karena jawabannya tetap sama, aku memang tidak akan pernah sempat melihatmu sakit, bahkan mayatmu pun aku tak berani melihat. Sudahlah bang…


Bang..
Aku sudah mengikhlaskanmu..
Semoga Allah melapangkan jalanmu.. semoga kau telah ditempat terbaik. Iya… aku gak bakal nangis lagi… (sesekali boleh dong…?he…)

Maaf bang, selama 8 tahun ini, aku hanya sekali ke pusaramu. Itupun karena diseret Ario. Itulah pertama dan terakhir kalinya seumur hidupku berziarah.
Masih ingat kan bang… iya tuh, waktu itu hujan gerimis. Ario yang maksa aku datang bang.. dan ario juga yang harus menyeretku pulang.. hehe, harusnya aku terima kasih dengan ario ya bang? Hehe.. iya, nanti kutelpon dia.

Bang… doakanlah aku, agar aku terbiasa dengan kehilangan.

Samusa no takade, Soshite anata wa watashi no kokoro naka ni imasu.



Di Jogja dan rindu basah tanah Kalimantan,
25 Nopember 2008
17.23 WIB

15 comments:

Jenny Oetomo said...

ada pertemuan dan pasti ada perpisahan dan itu sudah menjadi kehendakNya, Salam

Nyante Aza Lae said...

dq teringat sm cuplikan doa pada saat berziarah...wahai ahli kubur, suatu saat kami akan menyusulmu...

Anonymous said...

Abang Guntur telah mengajarkan bagaimana memaknai kehidupan ini.

Pelajaran yang bermanfaat akan meninggalkan kesan yg mendalam buat yg ditinggalkannya.

Anonymous said...

itulah keadilan sang pencipta
menciptakan pertemuan dan perpisahan
Salm kenal yah

Anonymous said...

...mbak, tenggorokanku tercekat...aku nggak bisa lebih terharu dari pada ini...sampeyan mengobrak-abrik emosi, (siapapun) yg baca posting ini lho...

Anonymous said...

Tulisan yang sangat menyentuh...

Anonymous said...

don't know what to say...
terpana dengan tulisan2mu

miz u so bad

MUJAHIDIN Kaliwungu Kendal said...

Seolah Berontak, Nafas tersengal, Tangis membuncah dan hidung ini teras tersumbat berat demi membaca posting ini....

Biarlah ....semua yang baik kita rasakan sebagai pesan yang akan mendewasakan kita dan justru untuk kita belajar menjadi ikhlas.

Beruntunglah kita masih dapat memperoleh pesan bijak yang pernah terbangun dengan kukuh. walaupun hari ini runtuh...tapi untuk bangkit lebih digjaya menghadapi segalanya kelak.

Mari kita berdo'a saja. Walau kadang setiap dalam kesendirian..kita masih harus meneteskan air mata. Memang inilah kehidupan

Anonymous said...

selang sehari kemudian, aku posting dengan tema yang mirip, walaupun itu daur ulang. eh, percayalah, pada saat itu aku belum nengok postinganmu ini.
suatu kebetulan dan kesamaan kita lagi ya, hehe...

Anonymous said...

oh ya, yg judulnya 'buat Kin....'

goresan pena said...

mas jenny: begitulah hidup ya mas...seandainya ilmu ikhlas itu gampang...hehe

nyante aja lae; ah teman...

mas erik; mas...
dia manusia yang sangat baik yang pernah saya kenal...entahlah...

gelandangan; haloo...
wah, lupakah kalau kita pernah kenal sebelumnya? tak apalah...anw, selamat datang kembali...thx udah mampir...

pak djoko; pak...membaca koment bapak, mbuat sy menangis...walau sy brjanji takkan menangis lg...

bang michael; terima kasih bang....

lintangpanjer; aduh, thx yah mbak...sy jd tersanjung..

pak jahid; airmata pak...airmataku pun berontak pd kenyataan..

mas goenoeng; lagi-lagi. aku percaya itu.. aq udah bc loh...

Multama Nazri said...

aku turut berduka dan berdoa untuknya...semoga kehilangan mbak jadi pertemuan yang indah dengannya suatu saat...

goresan pena said...

terimakasih mul...
andai kau mengenalnya...

Anonymous said...

senagnya bisa minum kopi tanpa gula dan terus menulis. miss u, bu... hehehe....

goresan pena said...

aku juga kangen De...
inget waktu kita makan nasi bungkus berdua itu? ku katakan...suatu saat kita akan merindukan masa2 itu...

ayokk De... kalo' film mu dah rampung...kita ngopi bareng lagi yukkk.....