15 August 2008

teman dan kepatutan


model pic : sachy and her friend, lubna

aku mengamatimu..
dalam diam,
dan airmata tak mampu kulawan.
haruskah aku bersedih?
perlukah?
teman..
apakah masih ada nilai kepantasan?
apakah masih tersisa nilai kepatutan?
aku kalut dengan jiwamu..
aku bertanya-tanya dengan pilihan mu..
tapi, pantaskah?
tapi patutkah?
aku melihat kebahagianmu
aku melihat binar manik matamu..
tapi benarkah? sungguhan kah itu?
teman, mengapa aku yang panik?
teman..
tidak ada yang mengikat kita selain empati,
tapi, haruskah aku berempati
sedang mungkin kau tak butuh?
dimana nilai kepatutan itu berada..
dimana nilai kepantasan itu berada...
jauh disana aku lihat tawamu dalam lingkaran ketidakwajaran.

5 comments:

Anonymous said...

'sahabat datang dan pergi,
terkadang menghianati,
begitupun rasa cinta,
terkadang mengecewakan,...."

petikan lagu dari Slank yang berjudul HAMBURGER tersebut selalu mengingatkanku bahwa di bumi ini tak ada yang kekal...
namun, bukan berarti kita bisa meninggalkan sahabat kita seenaknya,
bukan berarti lagu tersebut melegitimasi sekian perpecahan yang dialami oleh manusia yang beberapa waktu lalu memanggil musuh dan penghianatnya dengan sebutan sahabat, mas, pak, friend, dik,...

'kutertawa walau hati kecewa,
ya kupaksa untuk tetap tertawa...
kubernyanyi walau hati menangis,
ya kucoba untuk terus bernyanyi..."

bait berikutnya selalu menegarkanku...
menyadarkanku.....
bahwa kita manusia biasa
menegaskanku bahwa aku bangga dengan sahabatku
meyakinkan aku bahwa
aku telah "berbuat sesuatu"

salam

goresan pena said...

ini sebuah pilihan
baik bagiku, belum tentu untuknya,....
tak pantas bagiku ternyata justru bahagianya...

Multama Nazri said...

haah..memang sungguh sulit menghadapi itu. Memang sungguh berat menjadi teman, sahabat, kekasih. Ada konsekuensi yang harus diterima pada akhirnya. Tapi kalau kita disuruh untuk memilih justru kebahagiaan untuk mereka yang kita pilih walau memang menyakitkan bagi kita. Bilapun dia sedih kita tak kuasa melihatnya, namun bila dia mendapatkan kebahagiaannya tanpa kita itu juga menyakitkan.
haaaa...pilihan yang sulit. Baiknya dia bersama kita tapi itu bukan kebahagiaan baginya, kita harus berkata apa. Tapi dia tetap temanku, sahabatku, kekasihku karena aku melihat dia tanpa obsen dan syarat ketentuan berlaku seperti yang ada pada promo-promo produk.

Anonymous said...

sungguh berhati mulia anda :)

goresan pena said...

* multama; sepakat! aku setuju..
diantara dua orang atau lebih, kita selalu berharap kesemuanya bahagia, tetapi.. jarang sekali kejadian seperti itu (kecuali di film india :) ).
yah, paling tidak sudah ada salah satu yang bahagia. daripada semuanya tidak bahagia...