----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Surat untuk Guntur..
Haloo bang.. apa kabarmu?
Ahh.. rasanya baru kemaren.. suaramu pun masih terdengar jelas di telingaku. Rasanya baru saja kemaren.
Masih ingat dengan nasehatmu yang sangat menyakitkan itu?
Baru saja kemaren Bang..
Bang..
Gelangmu..
Hm, gelang itu sudah kuberikan pada yang tepat. Maaf bang aku tak sanggup membawanya lebih lama. Sudah nyaris 10 tahun..
Kurasa sudah cukup.
Kau tahu tantra totem bang?
Anggap saja gelangmu itu adalah pesan yang tersebar. Kelak, jika gelang itu kembali padaku, berarti aku akan menemukan bahwa lingkaran dunia ini memang menyatu bang.. aku percaya itu. entah berapa puluh tahun…entah apa pada keturunanku…atau siapa.
Yang jelas, gelang itu sudah tidak padaku lagi. Satu yang kuyakinkan padamu, penerimanya adalah orang yang tepat. Yang telah kucari selama 8 tahun belakangan. Jangan Tanya kenapa bang… aku juga tak mengerti.
Siapa?
Dia hanya seorang yang melukiskan hidup dan rasanya pada kanvas. Yang kanvas-kanvasnya saja belum pernah kulihat. Sudahlah bang…jangan Tanya lagi siapa.
Satu lagi bang, gelang itu sudah patah satu ulir di tengahnya, malam setelah sore terakhir aku menelponmu.
“cepat datang kesini… nanti ndak sempat liat abang sakit, loh…”
Hm, begitu kan kalimatmu dulu? Aku tidak akan bertanya kenapa lagi. Sudah terlalu banyak.
Tau bang, bagaimana rasanya saat Bernard ngasi tau?
“Guntur Ya… Guntur sudah nggak ada….!” Aaaahhhhhhhhhh…….!!
Sudahlah…sudahlah…sudahlah….
Karena jawabannya tetap sama, aku memang tidak akan pernah sempat melihatmu sakit, bahkan mayatmu pun aku tak berani melihat. Sudahlah bang…
Bang..
Aku sudah mengikhlaskanmu..
Semoga Allah melapangkan jalanmu.. semoga kau telah ditempat terbaik. Iya… aku gak bakal nangis lagi… (sesekali boleh dong…?he…)
Maaf bang, selama 8 tahun ini, aku hanya sekali ke pusaramu. Itupun karena diseret Ario. Itulah pertama dan terakhir kalinya seumur hidupku berziarah.
Masih ingat kan bang… iya tuh, waktu itu hujan gerimis. Ario yang maksa aku datang bang.. dan ario juga yang harus menyeretku pulang.. hehe, harusnya aku terima kasih dengan ario ya bang? Hehe.. iya, nanti kutelpon dia.
Bang… doakanlah aku, agar aku terbiasa dengan kehilangan.
Samusa no takade, Soshite anata wa watashi no kokoro naka ni imasu.
Di Jogja dan rindu basah tanah Kalimantan,
25 Nopember 2008
17.23 WIB
26 November 2008
Gelang Patah
24 November 2008
"Titip Rindu buat bunda..."
model pic: meme
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Betullah jika memang benar demikian,
kata-kata hanya saduran dari udara yang beranjak mengering dalam hujan
dan barangkali tiada sesiapa bertemu nyawa padanya,
tiada merasa mendapati rindu darinya..
kata-kata ialah sejumput pasir yang perlahan jatuh dari genggaman,
dibawa sajak basah dedaunan..
ahh, barangkali huruf-huruf pun menjadi bisu..
airmata suri kelabu, mencuri waktu.
Maka benarlah jika demikian,
barangkali rerumputan menjerit diuntai hujan, menikam ragu pelan-pelan..
harapan menjadi ketidakpastian berkepanjangan,
menjaring keping nisbi di ceruk bilangan kesudahan.
Aku terhenyak dalam sadar.
maafkan.
10 thing about me..
Pas maen2 ke blog mas Erik, eh, malah ditodongin PR, mana PR nya berat banget lagi... Mesti jujur, dan gak boleh mengarang bebas...
Ok, pak guru, tak coba kerjain yah...
tapi, nilai saya jangan sampe' AB alisan Ancur Berderai yah... Aturan maennya kayak gini :
In English :
1. Each blogger must post these rules
2. Each blogger starts with ten random facts/habits about themselves
3. Bloggers that are tagged need to write on their own blog about their ten things and post these rules. At the end of your blog, you need to choose ten people to get tagged and list their names.
4. Don’t forget to leave them a comment telling them they’ve been tagged and to read your blog.
Dalam Bahasa Indonesia :
1. Setiap Blogger wajib memuat peraturan ini
2. Setiap Bloger memulai dengan 10 fakta/kebiasan tentang dirinya
10 things about me!
1. perempuan
2. heteroseksual
3. punya suami dan anak gadis 2,5 tahun
4. suka menulis, mendengar, berbicara, membaca, berkhayal dan mencari
5. banci telepon, yang suka malas bales sms
6. kopi tanpa gula, hmmm... i love it
9. selalu berusaha menatap mata lawan bicara (antusiasm)
10.selalu menunggu kunjungan temen2 bloggerrrr.....hehehehehehe....
O ya ada award dari mas Erik, ini awardnya. dan salah satunya juga saya dapat dari multama. maaf baru diposting sekarang. saya hanya merasa belum cukup pantas menerima.



22 November 2008
Jogja, lagi-lagi merobek luka
“Menulislah dengan gembira..”
Kalimat itu selalu terngiang dalam telinga saya. Entah kapan nanti akan tidak lagi berdenging-denging. Menulis dalam gembira… walau terkadang dalam kegembiraan, saya tidak dapat menggambarkan apa-apa. Saya pun tidak bisa mendeskripsikan apa-apa.
Lebih banyak kegelisahan dan kegundahan hati yang menuntun saya menulis. Ahhh, kiranya tulisan serupa ini yang hanya berakhir seperti diary. Tulisan dengan wajah muram yang nantinya hanya mampu memberi kesuraman untuk pembacanya.
“menulislah dengan gembira, Ya..!”
Kali ini saya yang menasehati diri sendiri.
Saya tidak gembira, saya sedih, walau saya mencoba untuk gembira. Walau saya berusaha untuk mensyukuri semua anugerah yang datang dan melimpah dalam hidup saya.
Tapi, saya harus jujur, saya bernar-benar sedih. Sedih dan merasa seperti sia-sia.
Saya juga muak..
Muak menemukan kenyataan
Muak menghadapi kebenaran
Muak..
Saya muak mengakui
Saya muak mendapati
Saya muak..
Sekali lagi, “menulislah dengan gembira”. Lagi-lagi suara Pak Iwan terngiang. Ya Pak.. saya akan coba. Lagi dan lagi. Walau saat ini saya tetap menekan tuts demi tuts dengan perasaan hampa.
Semua akan kembali seperti semula, cepat atau lambat. Saya atau dirimu yang pergi, tanpa perlu tersakiti. Siapapun diantara kita.
Pergilah..
Karena menghalangipun tak mampu
Mencegahpun tak kuasa
Pergilah..
Bila harus begitu.
Sebuah lagu menguntai Slank; Terbunuh Sepi
Di malam setelah ramai bersama, 21 Nopember 2008
22:39
17 November 2008
Rp. 2,5 JUTA HARGA NYAWA JANIN MANUSIA
“gak mahal kok! Hanya 2,5 juta aja udah include tindakan dan obat” kalimat itu terngiang-ngiang di telinga saya. Kiranya, itulah harga untuk nyawa seorang janin manusia!!
Jogja, Sabtu 15 Nopember 2008
INI tidak biasanya. Sudah hampir satu jam di depan layar computer, tapi masih saja tidak bisa menuangkan satu katapun. Tidak biasa, karena biasanya, saya akan menulis apa saja, baru kemudian mengalir dan berpikir akan menulis apa. Bahkan Al-Sirat sudah sampai berputar tiga kali lewat Raduga. Yang saya dengar sekarang The Worst Desease, patutlah di dengar.
Sebenarnya saya ingin berbicara mengenai kegelisahan saya belakangan ini. Ada sesuatu yang ingin mendobrak keluar, tanpa saya tahu harus mengeluarkannya seperti apa.
……………………
08132879****
Hingga kemudian saya tergelitik dan ngobrol dengan seorang teman, Masrul namanya, dia aktifis PKBI. Dari dia, saya sedikit mengetahui kalau ini bisa mengindikasikan adanya aborsi terselubung. Tapi belum ada bukti.
Calon klien akan menelpon ke nomor tersebut. Selebaran yang tertempel itu adalah salah satu upaya promosi saja, lebih banyak klien yang datang dari referensi kawan yang sudah pernah menggunakan jasa aborsi tersebut sebelumnya.
Aduh polisi… jangan hanya bisa nilang motor aja dong!! (karena mobil jarang sekali di periksa, apalagi ditilang!!).
16 Nopember 2008
01:31 WIB dini hari
Oleh: Surya HR Hesra
(hingga tak ada lagi suara, hanya panas mengalir lewat kerongkongan
Terdengar sayup Little Susie by Michael Jackson)
14 November 2008
Keping Mozaik; Kamandanu atau siapalah!
gemericik, lebih tepat di sapa demikian. air hujan mulai tergenang berlahan di balik rerumputan basah, di sebelah bangku-bangku berpayung besar. payung tersebut ada tiga, satu diantaranya yang berwarna biru menaungi si bibir mungil berwarna pink.
ia cantik, dengan senyum yang senantiasa mengembang, dengan keramahan yang tak pernah di buat-buat. aku menyukainya, sama dengan aku menyukai bunga-bunga mawar jingga di halaman rumah. aku mengaguminya, mengagumi kulit halusnya yang putih bersih, mengagumi gigi-giginya yang tak rata, mengagumi kesederhanaannya. dia, sahabatku.
di bawah rerintik hujan ini, aku, dan dia berbicara. dengan hati terbuka, dengan canda sekenanya, dengan kekonyolan yang tersisa, kelas terakhir membawa kami menjadi malas untuk pulang ke rumah.
"masih hujan," ia mencegahku pulang. aku turuti. pun biasanya ia begitu setia meluangkan waktu menemaniku. ah, perempuan selalu saja tidak efisien. selalu saja menciptakan ketergantungan pada sesama jenisnya.
aku jadi teringat saat masih SMP dan SMA dulu, kalau ijin ke toilet saat pelajaran berlangsung, pastilah harus ditemani. kalau tidak, maka harus rela menahan sampai jam istirahat berbunyi. kiranya ini adalah kebiasaan buruk yang membudaya.
ku perhatikan lagi ia, ia tak pernah lepas dari handphope mungilnya. selalu saja dipegang untuk siap membalas pesan. terlalu banyak fans, dan ia harus memperlakukan dengan baik.
sahabatku itu bernama Ica.
...
lagi-lagi hujan, aku jadi teringat tempat ku kuliah dulu sewaktu masih di Kalimantan. kelas terakhir di semester 8, aku ingat benar. Fisiologi Tumbuhan. terakhir kebersamaan bersama teman-teman yang sudah 4 tahun bersama, sekelas.
tak terlalu kuperhatikan dosen yang sibuk memberi kisi-kisi ujian.
aku terus mengamati arboretum di sisi kelasku. terus terang, aku kuliah di sekolah negeri yang kelasnya jorok minta ampun. kulit kuaci yang tak pernah disapu mereka-mereka yang berlagak seperti hamster.
bangku-bangku yang penuh dengan ukiran batik untuk mencontek, teralis jendela yang bergumpal sarang laba-laba. dan tepat di sisinya, pohon-pohon beraneka jenis dalam arboretum yang konon kabarnya terlengkap seindonesia (entah kalau salah, dosenku berarti yang salah).
arboretum itu sudah 4 tahun menemani, sementara aku sama sekali tak pernah menjamah. arboretum itu milik fakultas kehutanan yang tak pernah akur dengan fakultas pertanian. kendati mereka pernah kuliah bersama, entahlah...
arboretum itu lebih seperti semak kupikir, ada pohon-pohon tinggi, tetapi tubuh mereka ceking. bagian daun-daunnya bahkan sampai menjulur ke kelas, menggodaku untuk memotongnya. namanya hutan mini, banyak juga burung-burung yang bersarang di situ, ada matoa kabarnya, walau aku tak pernah melihat, gosip mungkin.
yang jelas, ular pernah masuk ke kelas.
aku tak pernah merasa nyaman dengan kuliahku, sering aku mencari-cari secercah alasan kenapa aku masih bertahan. mungkin karena teman-teman, tapi entahlah... waktuku tak begitu banyak bersama mereka. mungkin karena pelajarannya... ooo shit! untuk memilih fakultas itu, temanku hanya perlu menghitung kancing. karena mereka yang memilihkan.
arboretum dan kelas terakhir, mungkin itulah yang kurindukan. dan suasananya sama. hujan.
gemeritik hujan, yang aku yakin tidak akan kulupa. sampai kapanpun. di luar kelas, di sisi barat pintu, rumput-rumput menguning sebagian, kiranya sebagian lagi tertutup triplek hingga kekurangan sinar matahari.
hujan, membuatku merasa sepi. mengerti kehilangan. mengerti perpisahan, dan mengerti indahnya kebersamaan.
...
"bundo, kita pulang?," Ica membangunkan lamunanku. aku terkesiat. "yuk!" jawabku singkat.
menuju parkiran, mataku tertuju pada sesuatu yang sangat menarik mataku.
di antara tetes hujan yang jatuh dan terpantul sedikit di taah, aku melihat sepasang kaki dengan sendal jepit berwarna hitam. ruas tungkai kakinya cukup kecil untuk menopang tubuhnya. ia seperti anak kecil yang begitu riang bermain di tengah hujan.
aku perhatikan perlahan. seorang pria, dua jengkal lebih tinggi dariku. rambutnya panjang, lebih panjang dari rambutku yang kurasa sudah cukup panjang.
"siapa itu ca?" tanyaku
"kamandanu"
aku melongo.
tiba-tiba teringat sewaktu kecil, waktu SD begitu gemar mendengar sandiwara radio dan begitu ngefans dengan arya kamandanu.
ku kira-kira saja, hari itu, di bawah gemeritik hujan, aku menemukan kepingan mozaik kehidupan. kamandanu yang kutemui hari itu, bukan siapa-siapa, bahkan aku belum mengenalnya benar. tetapi, menemukan sebuah nama yang aku ingat sepanjang hidupku, kupikir itu sesuatu yang tidak biasa.
...
suamiku bernama abrar.
sebelum bertemu dengannya, di tahun 1997, aku pernah membuat cerpen dengan nama tokoh rekaan Abrar Manusa Diarcapada. dan dua tahun kemudian, aku berkenalan dengan Abrar yang kelak menjadi suamiku.
terdengar aneh memang, tapi entahlah... seringkali nama-nama imajiku, kemudian mengantarkan pertemuan-pertemuan dengan teman atau sahabat yang namanya sama dengan apa yang kuimajinasikan.
di waktu SMA aku juga pernah menciptakan nama tokoh untuk cerpen: Erlangga, kemudian tak berselang beberapa bulan, seorang pindahan datang ke kelas dengan nama sama.
dan masih banyak lagi, sebenarnya
entahlah...
mungkin hanya kebetulan saja.
...
tapi inilah yang kukatakan pada Ica
"ca, suatu saat nanti, mungkin kami bisa menjadi teman baik, seperti kita"
"siapa?,"kata Ica...
11 November 2008
Simpul Mati Part.2 (Larung)
..yang kutahu pasti..kubenci tuk, mencintaimu..
"berapa lama?"
"entahlah.. mungkin sehari, mungkin juga seminggu, setahun, sewindu..atau tak kembali?"
"kemana?"
"entahlah.. aku pun tak tahu. tergantung kaki ini"
"bagaimana mungkin?"
"mungkin saja. aku ingin sesuatu yang merubah hidupku. aku bosan"
"apa yang kau cari?"
"entahlah.. mungkin diriku sendiri"
"maksudmu?"
"aku ingin menemukan diriku. aku ingin mengenal diriku. aku ingin bersahabat dengan diriku. tapi, aku tidak tahu siapa diriku"
"biar aku jelaskan. engkau bernama Lugas. berusia 30 tahun dan jelas kau seorang pria. dan kau akan menikah denganku. apa perlu kujelaskan secara detil?"
"aku tahu itu, Sha. itu lah yang selalu aku baca setiap ada kesempatan di lembar2 kertas identitasku. bukan itu.."
"apa lagi? tidak kah ini jati dirimu. kau hanya perlu menjalaninya.."
"tapi aku ragu. ragu dengan keinginanku. ragu dengan apa yang kujalani sekarang. aku ingin menemukan kebenaran. aku ingin menemukan diriku sendiri"
"kau pun ragu dengan hubungan kita?"
"ya.."
keduanya terdiam. perahu layar melintas, tenang di bawa gelombang. tak setenang hati mereka yang bimbang.
"aku semakin tidak mengerti Lugas.. padahal kupikir, akulah yang paling mengerti dirimu. tapi mungkin aku salah"
"jelas saja, karena akupun tak mengerti diriku sendiri. aku tak ingin mengecewakanmu lebih jauh. aku harus pergi."
"kemana?tanpa tujuan?"
"tujuanku jelas, aku ingin mencari diriku. dimana saja bisa. ke mana saja boleh. akan aku coba, sampai aku dapat"
"kau gila"
"maafkan aku Sha.."
"ah, kau sudah kumaafkan. tapi entah, apa aku bisa memaafkan diriku sendiri. diriku yang masih saja mencintaimu.."
"Sha..."
"sudah. pergilah.. kelak kau akan tahu. hanya aku, bukan yang lain"
"hingga detik ini pun, aku tetap menganggap kau yang terbaik"
angin sore yang dingin berhembus agak kencang, membius pikiran mereka. mengunci semua kendali kata-kata dengan rapat. tidak lagi ada yang bersuara. mereka diam, dengan seribu kata yang tak sanggup membobol keluar. sore itu, di tepi dermaga.. adalah perpisahan.
-----
ada kah manusia yang begini kejam?
di makan bumi tak jua
hilang dibawa kabut, tidak juga
adakah manusia yang begini kejam?
datang dan pergi meninggalkan harapan..
lalu menghalaunya bersama angin
adakah manusia begini kejam?
tak mau melanjutkan harapan kosong
tapi pun tak mau menyidahinya..
tak mengerti yang dicarinya.
ah,
adakah manusia yang begini kejam...?
sore berlembayung. persis 5 tahun lalu. gadis berambut hitam tebal mengkilat diterpa matahari yang semakin turun, berdiri di situ. di sisi dermaga. kali ini, dia yang akan pergi. meninggalkan harapan-harapannya..
dia sudah putuskan. tidak ada lagi yang di tunggu. sudah selesai. tidak perlu lagi menanti. untuk apa?untuk siapa? tidak ada... harapan kosong tak bertuan. sebuah kotak dibawanya. untuk di larung. supaya pergi jauh...hingga akhir aliran air.. aliran sungai...biar bermuara ke laut...biar masuk jauh ke palung palung...biar tersesat dan tak kembali ke negeri tak terjamah. biar menghilang di telan waktu..
airmatanya, adalah yang terakhir..besok, yang dia tahu hanya kebahagiaan.
--------------
10 tahun setelah perjumpaan terakhir.
"aku kembali, Sha.."
"aku lihat"
"aku kembali Sha.."
"ya. tapi kau tidka kembali untuk diriku. kau kembali untuk dirimu"
"tidak..aku sudah menemukan diriku. aku sudah dapat Sha.."
"apakah berbeeda dengan dirimu yang dulu? adakah yang berubah?"
"ternyata tidak Sha.. ternyata, inilah adanya diriku. yang ternyata tetap mencintaimu"
"terlambat Lugas. cinta itu sudah pupus. hilang..dibawa perahu layar 10 tahun lalu"
"apa salahku?"
"kau tidak salah. hanya saja, kau tidak bersyukur. kau lupa akan karunia Tuhan. kau lari, bukan mencari"
---------------
...aku tak tahu apa yang terjadi, antara aku dan kau
yang kutahu pasti.. kubenci tuk mencintaimu....
08 November 2008
untuk chandra;
akhirnya...telah kau temukan juga,
kepingan puzzle yg terserak itu.
(berteduh dr hujan)
Katanya, takdir..
sepiring pengorbanan
dan setetes
keculasan
sebuah nyawa
keusilan
dan pertaruhan
besok,
mintalah
untuk tak lagi jadi;
Nyamuk!!
06 November 2008
04 November 2008
Mari Berkhayal;
Teman, aku ajak dirimu terbang, menjadi UDARA.
Mari kita berhembus tenang, melalui siapa saja atau apa saja. Tenang dan mengalir lembut. Mari kita sentuh pipi-pipi atau apa saja yang kita lalui, ah… mari terbang lagi, lebih tinggi lagi… lebih pelan lagi, biar mereka merasakan keberadaan kita. Biar mereka menikmati sentuhan kita.
Sudah-sudah, mari kita terbang dan menjelajah lagi menjadi ANGIN.
Sedikit garang dan lebih bersemangat. Biar tubuh-tubuh atau apa saja menjadi lebih bangun. Hidup dalam hidupnya. Mari kita bergulung-gulung lebih cepat, mari kita bergerak tak kenal lambat, mari.. lebih bersemangat!
Sekarang, kita bantu menggeser awan, kita atur posisi hujan, kita bawa debu-debu pada yang semestinya, kita halau gerak ombak, mari teman… kita perbaiki semua letak. Ayo, bergerak cepat. Jangan sampai matahari membuat kita malas, jangan sampai hujan membuat awan tiada, jangan sampai air laut tak beranjak.
Mari kita menjadi udara dan angin yang bebas, yang membebaskan!.
Mari kita bergerak dalam batas, tanpa batas!.
Mari teman…
menjadi manusia yang MERDEKA, yang MEMERDEKAKAN!!
Jogja dalam selimut hujan,
3 Nov 2008
15:48
(bersama helloween: if I could fly)
01 November 2008
Tak Mengapa
tak mengapa tiada bintang,
masih ada indera
tak mengapa tiada udara,
masih ada nafas
kusimpan dalam peti
untuk tak lagi kembali
tak mengapa tiada apa
masih ada nyawa
kusimpan dalam doa
untuk senantiasa ada.