26 July 2008

betapapun itu..

ketahuilah..
aku mencintaimu dengan hati yang renta
aku menyayangimu dengan ketulusan yang hampa
aku mengharapkanmu dengan hati yang masih terluka
tapi di atas semua itu,
aku tetap mencintaimu..
betapapun itu.
dan aku selalu menyayangimu,
dengan caraku.
aku ingin..
aku bahagia,
aku ingin semua yang kusayangi bahagia,
begitupun engkau.
bahagialah..
memang, hidup ini adalah hamparan sisi-sisi
dan kumengerti,
di satu sisi ada bahagia,
tapi di sisi lain adalah luka
tapi tak mengapa,
paling tidak sudah ada yang bahagia..
bahagialah..
dan aku akan terus mencintaimu
dengan kekuatan yang rapuh.

betapapun itu,
kau tetap ayahku.

4 comments:

Jenny Oetomo said...

Cinta seorang anak terhadap orang tua sebaiknya sebening embun, dengan kejernihan air embun itu akhirnya membersihkan luka yang lama, Salam

Djoko Wahjuadi said...

Ungkapan di Budaya Jawa, yg saya dapatkan pada waktu tinggal di Yogya, esensinya sejalan dg puisi Ibu ini, yaitu : "mikul duwur, mendhem jero"...."...ngluhurke asmaning wong tuwo..."

Anonymous said...

2 sisi yang seperti mata uang, bahagia dan luka , saling melengkapi dan mendampingi pertanda kita masih hidup.. :D


salam kenal.

goresan pena said...

* jenny oetomo ; i hope so..
sebenarnya, ini hanya potongan kecil puzzle fiksi yang aku buat. ingin suatu saat menyelesaikannya.

*djoko wahjuadi ; pak... sejujurnya, walau saya tinggal di yogya, tapi saya gak bisa bahasa jawa. tapi, saya sudah tanya ke temen kok apa arti ungkapan tersebut... terima kasih ya pak...

*perempuan ; bener banget tu bu... hidup, pastilah ada dua sisi itu...
salah kenal juga yah... seneng deh dapet temen baru... hidup blogger...:p