25 June 2008

kita bicara tentang perempuan, teman.. (Ruang)



tim ku (aku lebih senang menamainya begitu, lebih setara). sedang berdiskusi kecil. biasa, permasalah rumah tangga, permasalahan yang pernah terjadi, dan segala macam. dari anak, mertua hingga suami. suatu kesempatan, Linda berkata:

"saya pernah hampir cerai mbak, dengan suami. (dengan permasalahan yang tidak perlu aku ungkap disini) saya bilang sama suami saya 'aku bisa kok hidup tanpa kamu' "

bukan inti cerita yang membuatku tertarik. hanya sebuah kalimat pendek nya itu yang membuatku terhenyak dan tak henti memikirkannya.

apa iya, jika suatu saat aku mengalami sesuatu yang extreme dan tidak diinginkan, aku mampu berkata seperti itu? tidak untuk suami ku atau orang lain. tapi untuk diriku sendiri.

tidak..tidak..

ini bukan sebatas masalah peceraian atau perpisahan saja. bukan. banyak kondisi yang kemudian menjadi pemikiranku.

kondisi ku saat ini mungkin dialami oleh banyak wanita bersuami lainnya. yang memilih lebih mendedikasikan dirinya pada keluarga, meninggalkan pekerjaan sebelumnya untuk lebih fokus merawat dan membesarkan anak, dan tentunya mensupport karir suami dari belakang layar.

intinya, dalam kehidupan berumah tangga, suami benar-benar menjadi tulang punggung dalam menafkahi seluruh anggota keluarga. penghasilan utama hanya bersumber dari pendapatan suami. syukur-syukur kalau ada pendapatan lain. tapi, aku yakin, mayoritas yang dialami wanita berumah tangga ialah menggantungkan diri nya pada suami.

kemudian, aku teringat sebuah diskusi kecil antara aku dan suami. dia menyarankan agar aku bisa bangkit lagi, berbuat sesuatu yang berguna dan bisa menjadi bekal untuk diriku, seandainya resiko kehidupan yang tidak ada jaminannya itu terjadi dan menimpa dirinya. seperti seandainya jika dia mengalami kecelakaan, sakit parah hingga yang paling extreme adalah meninggal dunia. saat mendiskusikan itu, aku dan suami bisa berbicara santai. tapi, setelah waktu itu lewat dan aku teringat apa yang pernah kami bicarakan, aku jadi merinding sendiri.

kemudian, yang muncul adalah sebuah doa, agar kami sama-sama berumur panjang, hingga kelak semua tugas-tugas kami di muka bumi ini sudah tuntas dilaksanakan.

tetapi, kita hidup tidak bisa hanya mengandalkan doa semata. ada hal-hal, seperti resiko kehidupan yang memang mau tidak mau harus siap kita tanggung. mental, terutama.

tapi, setelah beberapa kali kupertimbangkan, ternyata mental saja tidak cukup. tapi, ternyata dibutuhkan juga modal. modal ini lah inti dari kesemuanya. modal yang kumaksud di siniberupa modal mental, modal keahlian, dan modal lain yang mendukung.

kembali pada perkataan Linda "aku bisa kok hidup tanpa kamu"

ah, untuk saat ini rasanya kata-kata itu masih belum sanggup aku ucapkan, apalagi itu ditujukan untuk suamiku. lalu kemudian, pikiranku melayang-layang lagi... aku jadi teringat saat aku baru memiliki anak, dimana anakku kuberi ASI full, sehingga dia kesulitan mengkonsumsi susu formula. berbagai cara dan merk telah aku coba. tapi hasilnya, anakku tetap tidak mau. yang menjadi kekhawatiranku adalah jika anak terlalu tergantung padaku.beberapa kali konsultasi dengan dokter anak pun kerap aku lakukan. tapi, tidak ada sebuah kepuasan. karena jawaban mereka standar "ASI memang lebih baik, dilatih saja, nanti anak akan mau sendiri" dan bla...bla...bla yang tidak penting lainnya. ditambah lagi, polah anakku yang tertutup dengan orang lain. beberapa orang pernah masuk dan keluar dari rumah. semua berulang karena msalah yang sama. anakku tidak cocok.

hingga kemudian, aku bertemu seorang dokter anak. dan kembali kukonsultasikan dilema ku. ini jabawannya "jangan khawatir, bayi memang harus tergantung dengan ibunya. selalu ada cara,dan anak butuh waktu"

"tapi, bagaimana jika setelah 2 tahun, dia masih tetap mau ASI dan tidak bisa disapih?"

"selalu ada cara. melatih adalah yang utama, tapi.. jangan lupa, ibu juga harus memiliki keyakinan"

tidak ada penjelasan medis yang berarti dari penuturan ibu dokter itu. tapi, kalimat2nya yang sederhana, lebih menenangkan bagiku.

hingga kemudian apa yang diucapkannya memang benar terbukti. setelah dua tahun, anakku tidak memerlukan waktu yang lama untuk disapih. begitu pula untuk menerima oranglain. yah, tentu saaj ini juga karena tangan yang kuasa.

kembali ke perkataan linda..

hingga kemudian aku mengambil kesimpulan sendiri. seandainya mungkin hal-hal extreme itu kelak terjadi, aku pasti sanggup. siapapun pasti sanggup. semua hanya masalah waktu. cepat atau lambat untuk pulih.

kemudian, aku melihat beberapa pengalaman perempuan-perempuan yang tergolong lemah, kemudian mampu bangkit setelah ditinggal suami (lebih detil nanti, di tulisan lain akan aku kisahkan), yang aku sebut sebuah kekalahan. ditinggalkan di sini, dalam arti bisa karena perceraian, suami yang kemudian memiliki istri lagi, suami yang sakit/lumpuh sehingga tidak produktif lagi, ataupun ditinggal karena menghadap yang kuasa.

teman, sedikit dari mereka yang mampu survive dengan kondisi yang mapan.

permasalahannya, bagaimana mampu menjadi wnaita atau perempuan independen dengan pencitraan yang baik?

cobalah buka mata kita. kita wajib mengakui, wanita adalah makhluk paling kuat. diantara ketidakmampuan keluarga, terutama suami dalam hal finansial, wanita dapat merangsek maju. dan wanita dapat melakukan apa saja, agar keluarga terpenuhi nafkahnya, tanpa memikirkan dirinya sendiri.

nah, inilah yang kumaksud dengan pencitraan diri yang baik setelah wanita memegang kendali finansial dalam keluarga.

yang banyak terjadi, adalah perempuan2 kalah itu, memilih untuk mencari uang dengan jalan yang paling mudah. jangan jauh-jauh memikirkan menjadi PSK. masih banyak pilihan lain selain melacurkan diri. yang banyak kujumpai ialah mereka yang kemudian menjadi pembantu rumah tangga, buruh, dan lainnya yang sifat pekerjaannya lebih menggunakan tenaga, bukan pikiran. sementara, kita masih menganggap jenis pekerjaan yang seperti ini adalah golongan atau kasta terendah. inilah yang kumaksud pencitraan. alangkah lebih mulia nya jika wanita bisa bangkit, tetapi dengan pencitraan yang elegan.

teman...

kita semua mampu! dan kita semua bisa! menjadi manusia independen..

mampu berdiri di kaki sendiri.

modalnya, adalah dari sekarang.. di saat kita masih memiliki segalanya, jangan lupa menanam biji harapan, menyisihkan tabungan untuk diri kita sendiri. tabungan ilmu dna pengalaman.


dan kita yang harus menciptakan ruang itu sendiri!

8 comments:

Anonymous said...

I'm thankful with your blog it is very useful to me.

goresan pena said...

ur welcome, sometimes, we need anyone for sharing our life

Anonymous said...

wah calon ibu kartini abad 21.. hihihi.. :P
bener tapi tuh.. bangkit.. jangan jadi pecundang.. tapi jangan jadi pengekang buat suami.. sekarang dah banyak banget istri yang ngekang suami.. kasian di akunya donk ntar.. wkekekekeke.. :P

goresan pena said...

thx Fe...
nanti mungkin ditulisan selanjutnya aku mau cerita tentang perbedaan antara gender dan kodrat...! sip....

Lia Marpaung said...

bagus banget bu tulisan ini....very inspiring specially for women ! hidup perempuan !!! :)

goresan pena said...

terima kasih...jadi makin semangat deh nulis2nya...semangat...!semangat!

Anonymous said...

aku suka cerita dan semangatnya!!!

aku nyari-nyari tentang kodrat dan jender kok belum ada? tapi jangan terjebak dalam pemaknaan secara harfiah saja ya!! jangan kemudian menjebak perempuan dengan prespektif jender yang salah kaprah lho!!

aku sedikit sharing : perempuan Vs wanita, apa bedanya?
bagiku sangat berbeda. dalam falsafah jawa, wanita ; wani ditata, yaitu ketika menjadi seorang wanita maka dia harus berani hidup dalam konstruksi yang sangat bias jender, dimana dalam keyakinan jawa ada konco wingking, masak-makan-macak,sehingga seorang wanita harus menjadi konco wingking saja. dalam keyakinan ektrem, ada istilah swargo nunut neroko katut. jadi, surga dan neraka (jika ada) seorang wanita (istri)ditentukan oleh suami (laki-laki). bukankah itu tidak adil? atau memang itu adil?
nah, perempuan memiliki akna yang lebih memberikan ruang dan otonomi bagi perempuan atas tubuh dan jiwanya. perempuan berasal dari kata "empu" yang artinya kepunyaan/milik, jadi perempuan adalah seseorang yang memiliki jenis kelamin perempuan dan dia memiliki otonomi atas tubuhnya untuk menentukan kemana dia akan berlabuh, kemana dia melangkahkan kaki dan bagaimana dia harus hidup.

meskipun hanya kata, bagiku memiliki makna yang sangat dalam.

tentu relasinya tidak sederhana, dimana relasi politik sangat mempengaruhinya.
tapi gak usah jauh-jauh ngomongin politik segala ya!hehehe

aku setuju : hidup perempuan, stop violence to woman and childreen!!

jogja, agustus 2008

Haris said...

Posting yang sangat menarik... Kutunggu posting-posting yang seperti. Tetap semangat ya..