30 June 2008

DISKURSUS



“kenapa ya, kita harus berkaca dengan realita?
Seperti arus balik..
Padahal sungguh, aku hanya ingin soliton..
Yang tenang dan tak terurai..
Lazarus ku melesat, meninggalkan mayapada..”

(bagian paragraf ini aku mengutip dari seorang teman)
Relativitas Einstein atau teorinya Hawkings, entahlah!
Yang kutau adalah tidak pernah ada pengulangan,
Yang ada ialah yang nyaris sama.
Tapi, entah kenapa senantiasa kutemui,
Menunggu dan mencari.

Memang tak ada pengulangan.
Karena itu ia disebut momentum.
Tak perlu ada pencarian,
Rektoverso bisa jadi jawabannya.

Ini adalah hati yang kubicarakan.
Apakah ia butuh avatar?
Ataukah cukup ia sendiri menjadi minerva?
Labirin ini terlalu rumit..sungguh.

Hati searusnya tidak menjadi apa-apa
Ia murni.
Juga sangat sederhana.
Cermin adalah peran terbaik baginya.
Makhluk selalu menciptakan polusi apapun bentuknya.
Tapi haruskah?

Pernahkah engkau membawa sebuah anak panah?
Dan kau sendiri yang menancapkannya?
Ilusikah hinggá kau sendiri yang melakukannya?
Dimana udara yang seharusnya bekerja?
Hm, lembab.

# Pernahkah kamu merasa
waktu mendadak lenyap,
tapi bumi tetap berputar?
# Pernahkah kamu merasa
tidak dimana-mana,
sekaligus ada di mana-mana?

sadarkah, kalau engkau pernah mengondisikan
Dirimu menjadi suatu tanda tanya bagi seseorang.
Coba diingat kembali.

Sepertinya tidak.
Tapi aku ragu.
Memori itu residu dan aku takkan pernah menjadi tempat sampah
Bahkan untuk diriku sendiri.
Tapi aku percaya,
Kita selalu terhubung satu sama lain.
Percayakah kamu?

Entahlah.
Sekali lagi, ini seperti dejavu.
Aku rasa, engkau adalah siluet lembayung
Yang gambarnya sempat kupigurakan dulu.
Lalu tiba-tiba ada yang membawanya.
Aku tertegun, diam..

1 comments:

Anonymous said...

juz write..