28 October 2009

Titik Balik

hari ini, sejumlah pertanyaan retorik terlontar kembali
padamu negeri, aku kembali...
mempertanyakan gelora yang nyaris mati!

hari ini, kami tak jadi apa-apa kecuali bilangan
angka-angka pengisi kolom-kolom statistik
suri, sekarat dalam distorsi

hari ini, wujud kami bertentang silang
persenyawaan nisbi menggugat, mendobrak.

sungguhkah kami peduli hari ini?
sungguhkah kami peduli negeri ini?
dan sungguhkah kami peduli nasib kami sendiri?

---

gemetar kubalik halaman-halaman masa lalu
dan kita menyepakati itu bernama sejarah!
nomenklatur.

adakah sejarah mengantarkan kita pada titik berarti, hai anak muda?
adakah gejolak menjadi matang, tanpa pikir panjang, hai putra putri...

gemetar kutatap bumi yang demikian asing
lantas kita menyepakati itu modernisasi!
neoliberalisme.

pada sebuah titik balik,
aku memulai pada bayang sendiri dalam cermin
menjelajah nilai, senoyong, menggeledah identitas diri
dimana yang disebut satu tak pernah menjadi satu!

apa itu, bahasa, bangsa, tanah air?
satu yang menjadi haram atas nama nusantara.

aku berdiri menantang di atas langit kemerdekaan
adakah bumi yang kupijak ini, masih perlu diperjuangkan?

Pontianak,
28 Oktober 2009

5 comments:

Kika said...

Teruslah menggulir, tanpa perlu ragu. Pertanyaanmu hanya akan menghambat langkahmu.

Erik said...

Tentu saja harus tetap diperjuangkan

Kabasaran Soultan said...

Sepertinya jangan lagi kau penjarakan dirimu dengan sekat-sekat batas atas bumi yang kau pijak karena semua hanya akan mengukuhkan kuasa mereka atas kita.
Dedikasikanlah segala anugerah kehidupan yang kau dapat bagi orang-orang yang berada di atas muka bumi.
Satu untuk untuk semua machluk yang menempati ini dunia.

koelit ketjil said...

tp yg lebih kusuka
"But whoever treasures freedom,
like the swallow has learned to fly"
......
ayo kita cari our own freedom sist tak perlu menyamakan konsep dg pendahulu terdahulu. meskipun aku juga percaya in het heden ligt het verdelen, in het wat komen zal. Di masa kini terletak masa lalu, di masa sekarang terkandung masa depan!

setidaknya sejarah mengajarkan kita. historia docet

Ajeng said...

Setuju dengan Pak Kabasaran. Berikan saja yang terbaik, untuk diri dan untuk orang2 disekitar kita. Tidak perduli dimana dan bagaimana keadaan sekitar kita.. Karena dengan memberi akan melapangkan dada kita..