menitipkan rembulan pada malam
di garis bayang-bayang kelam
ada kesepakatan di kedua sisi hitam
lantas menggelambir, meliuk timbul tenggelam
ini patut ku kisahkan,
sedikit di kala sabit merah menjadi sisa ataukah dimulainya sebuah pertanda
riuh angin bersiweran mencuri pesan-pesan lewat
diantara gelombang suara yang berjejal-jejal
---
kala bermentari:
mata ialah inderaku yang paling tak sua mengantuk di bilangan siang
ia terjaga dari silau atau khilaf pandang
telingaku tak urung tidur kala itu jua
ia senantiasa bermawas diri akan desing-desing bising
pernah kukatakan suatu masa,
bahwa tiada yang bisa kita pertaruhkan selain pertaruhan itu sendiri
pernah juga kubisikkan lekas-lekas menutup diri pada masa depan
sebelum keburu menjadi hari ini..
bukankah kita tidak perlu terlalu lama berbincang tentang esok
sementara itu jiwa raga dan segenap kita hanya diam, bercakap
kapan hendak bertindak?
aku, kau dan juga sesiapa yang nyana..
mungkin pernah menikmati sepoi-sepoi di bawah angsana rimbun
atau kejatuhan butir-butir kuning akasia
atau memainkan gelembung-gelembung batang jarak
atau menggesek-gesek biji karet untuk menikmati sekejap sensasi panas di kulit
aku kau atau siapa saja,
mungkin pernah berangan-angan melompati pelangi yang melengkung
pernah kau melihat pelangi tak melengkung?
hanya di bibir kaca..
begitulah.
aku kau hingga kemudian disebut kita adalah sebuah senyawa
aku kau hingga kemudian menamai kami adalah sebuah molekul
aku kau hingga kemudian berpadu adalah sesuatu yang rekat, tanpa perlu diikat
---
kala bersenja:
mentari mulai menitipkan salam..
ruhnya ia sumbangkan untuk mencahayai malam
dipugarnya bumi dengan ketemaraman rembulan
ada sisa dan jejak yang tak mau diungguli
dengan arogan senantiasa mengisi letik hari
matahari, maha sang hari
pada senja ia pulang,
pada rumah tak beralamat
aku memunggungimu, mendengar dengus nafasmu yang lambat
"sentuh aku," pintamu
aku kau mungkin hanya dua orang tak bertanggungjawab
aku kau mungkin hanya dua manusia tanpa amanat
aku kau mungkin hanya dua, hanya dua.. hanya dua
tapi aku menghendaki menjadi aku.
aku menghendaki tidak ada kau.
aku ingin hanya aku.
senja ini boleh semakin memerah atau jingga atau apalah..
tapi aku ingin sebagai aku, sebagai aku dan hanya aku.
kesendirian senantiasa mengesalkan, bujukmu
ayo bersama, karena aku cukup setia
---
kala bermalam:
ada selembar selimut yang kau usung pada tubuhku
bukan aku pelit,
tapi aku tak lagi bisa berselimut bersama..
jam dinding berdentang malam begini
kau terlelap di negeri dongeng
sementara perutku lapar keroncongan
ulu hati masih menusuk-nusuk
lantas secangkir larutan gula
kubawa mengganjal perut yang menggelinjang, menggila..
kau masih masyuk dalam sangkar dongengmu
kubawa diri bergulung dalam selimut,
apa kau peduli, he?
jadi untuk apa aku berbagi?
sendiri.. sendiri.. sendiri.
---
saat ber...
jangan bawa-bawa utara selatan timur barat dan semua mata angin
aku hanya menembus bumi,
tak kenal arah..
tak sua berlayar..
bintang-bintang hanya kupandang-pandang
tak sua kupatok jadi pedoman.
22 August 2009
Rembulan Mematut Cermin
03 August 2009
dari Pagina Kosong
IZINKAN AKU MENULIS ... !
Banyak teralis yang tidak sanggup memenjarakanku.
Aku adalah anak panah yang melesat, bergayut dengan udara.
Disunting pelangi yang terjilat rintik hujan.
Aku adalah lucarsa yang beranjak perlahan dari dahan satu ke lainnya.
Berjingkat, bersahabat dengan savana.
Aku adalah gelombang yang beriak pada banyu yang kesepian.
Aku adalah hembusan yang melalui-mu, merasai-mu, sekejap... tanpa sempat kau sadar.
kemudian bergegas kembali.
Maka, tak sebuah pun penjara mampu meneralisku.
Penjara itu ialah rumpang-rumpang kosong milik para manusa.
Tak sanggup membingkai ku tepat pada kelopak pariginya.
Karna aku...
adalah siluet yang menjaga lembayung agar tetap jingga.
Entah rahim siapa yang beruntung... melahirkanku.
Akankah kutemui, saat berpantulan dengan diri sendiri di hadapan parigi ?
Siapa Aku ??
Aku adalah DOSA dan BUDI yang dicipta si empunya.
Siapa Si Empunya ???
Siapa Dia ?!
Bisakah kusebut dia, Bunda ?!
1 Jan 2004
16.31
( Rasanya tidak cukup adil !!
tidak cukup mencipta janin hanya bermodal vagina !! )